Balai Pemuda, Ruang Tamu Kota yang Tak Pernah Tutup

Sabtu 27-12-2025,14:07 WIB
Reporter : Online Journalism A*
Editor : Salman Muhiddin

Menurut Rangga, konteks sejarah itu memberi bobot tambahan pada setiap karya yang ditampilkan atau dipamerkan. Bukan hanya untuk hari ini, tapi juga sebagai bagian dari narasi budaya Surabaya yang berkelanjutan.

Di tengah acara yang ramai, Balai Pemuda tetap berfungsi sebagai ruang terbuka. Banyak pengunjung datang tanpa agenda: duduk di bangku taman, mengerjakan tugas kuliah, atau sekadar menunggu senja.

Kehadiran mereka mengingatkan bahwa ruang ini tidak boleh dikuasai oleh satu kelompok atau agenda. Ia tetap harus terbuka: tanpa tiket, tanpa syarat.

Namun, peningkatan pengunjung membawa tekanan tersendiri. Fasilitas dasar seperti tempat duduk, area berteduh, dan akses ke toilet mulai kewalahan menampung kebutuhan harian.

Rangga menilai, perhatian pada hal-hal sederhana inilah yang akan menentukan apakah Balai Pemuda tetap relevan di masa depan. 

Kini, Balai Pemuda berada di titik krusial. Di satu sisi, ia menjadi lokasi favorit acara mahasiswa. Di sisi lain, ia harus tetap menjalankan perannya sebagai ruang sosial kota yang inklusif.

Jika terlalu fokus pada event, ia berisiko kehilangan keterbukaannya. Jika dibiarkan tanpa manajemen, kualitas dan keberlanjutannya terancam.

Kuncinya ada pada keseimbangan: antara panggung dan tempat duduk, antara sorot lampu dan jeda sunyi. (*)

*) Muhammad Rifky Ardiawan, Ivan Indhi Andano, dan Radix Syafi, mahasiswa kelas Online Journalism A Universitas 17 Agustus 1945.

Kategori :