Harga Cabai Melambung, Tembus Rp 70 Ribu Di Sejumlah Daerah Jatim

Harga Cabai Melambung, Tembus Rp 70 Ribu Di Sejumlah Daerah Jatim

Pedagang di Pasar Wonokromo Umi Sa'adah menata cabai rawit dagangannya--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Harga cabai melambung tinggi. Itu terjadi sejak Minggu pertama Mei lalu. Cabai merah besar dari harga Rp 24.391 per kilogram berpuncak di minggu keempat menjadi Rp 43.500 per kilogram. Bahkan kini sudah tembus Rp 60.000 hingga Rp 67.666 per kilogram di delapan daerah Jawa Timur.

Menurut data Siskaperbapo Jatim ada lima daerah dengan harga tertinggi yaitu Kota Kediri tembus Rp 67.666 per kilogram, Kabupaten Gresik tembus Rp 66.333 per kilogram, Kabupaten Sumenep tembus 65.000 per kilogram, Kota Mojokerto tembus 62.500 per kilogram, dan Kabupaten Sidoarjo tembus Rp 61.000 per kilogram.

Sementara itu, cabai rawit lebih parah. Kenaikan harganya terjadi secara beruntun sepanjang Mei lalu. Harga tertinggi mencapai Rp 43.063 per kilogram pada minggu keempat. Kini sudah tembus kisaran Rp 65.000 - Rp 72.666 per kilogram.

Ada empat daerah dengan harga tertinggi. Di antaranya, Kota Kediri tembus Rp 72.666 per kilogram, Kota Mojokerto tembus Rp 71.500 per kilogram, Kabupaten Ngawi tembus Rp 70.666 per kilogram, dan Kabupaten Kediri tembus 68.666 kilogram.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jatim Hadi Sulistyo membenarkan data tersebut. Harga komoditas cabai mulai naik memasuki pekan keempat Mei lalu. Meski sempat turun sedikit pada pekan kedua dan ketiga. “Kenaikannya sekitar 17 persen dibanding April,” ungkapnya. Itu disebabkan oleh timbulnya serangan penyakit pada tanaman akibat curah hujan. Sehingga, jadwal penanaman cabai pun mundur. 

Kendati demikian, ia memastikan tidak akan terjadi kelangkaan. Jumlah produksi masih aman. Bahkan masih surplus mencapai 91.825 ton pada Mei. Itu sisa dari pemenuhan kebutuhan cabai untuk rumah tangga dan industri. Ada lima kabupaten dengan jumlah produksi tertinggi. Di antaranya, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Tuban. “Keseluruhan luas tanam kita memungkinkan untuk surplus,” jelas Hadi. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: