Sempat Tutup Praktik karena Timbulkan Kerumunan

Sempat Tutup Praktik karena Timbulkan Kerumunan

NAMA dr Yosephine Pratiwi diusulkan oleh Lutfiana Azizah. Perempuan 22 tahun itu adalah pasien Yosephin. Dia sempat terpapar Covid-19 dan akhirnya sembuh setelah mengikuti terapi ala perempuan yang biasa dipanggil dokter Tiwi itu.

dr Yosephine Pratiwi (kiri) dan Lutfiana Azizah (dok pri)

Terapi yang dilakukan dr Tiwi ini menggunakan metode uap. Pemeriksaan dilakukan di ruang terbuka di tempat praktiknya. "Saya mengambil risiko ini (tertular Covid-19) dengan pertimbangan naluri sebagai dokter dan niatan menolong orang-orang. Mengurangi gejala dengan terapi nebul atau penguapan yang saya temukan sendiri," kata Tiwi.

Dokter yang praktik di Karangploso, Kabupaten Malang, sejak Desember 2020 itu berhati-hati menangani tiap pasiennya. Terlebih dulu dia meminta hasil swab antigen atau PCR pasien sebagai bukti. Dia memilah pasien berdasarkan keluhannya meski metode penyembuhannya sama.

Pasien dengan keluhan sulit bernapas dan saturasi rendah (di bawah 90) barulah ditangani lebih dulu. Apalagi banyak pasien yang tidak tertangani di rumah sakit saking membeludaknya kasus Covid-19. Hingga mereka akhirnya mencari rujukan di tempat lain, termasuk di tempatnya membuka layanan.

Prosedur terapi dilakukan dengan cara yang relatif sederhana. Dimulai dengan mengeluarkan dahak pasien menggunakan ambroxol. Obat jenis ini bersifat pencahar (mukolitik). Mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikeluarkan. Bahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam campuran uap.

Setelah itu, barulah pasien diberikan uap penyembuh. Dibuat dari larutan beberapa jenis obat dari golongan kortikosteroid. Fungsi utamanya mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan gejala penyakit autoimun. Obat-obatan tersebut dilarutkan bersama natrium klorida (NaCl) dan sedikit minyak kayu putih. Kemudian ditampung dalam nebulizer atau alat bantu penguapan.

”Uap itu lalu dihirup pasien dan membuat napasnya menghangat. Dahaknya akan keluar lagi. Efek ambroxol dan kotrikosteroid,” imbuhnyi.

Dampaknya terbilang signifikan. Uap tersebut mampu mengembalikan saturasi oksigen pada pasien ke angka normal, yaitu 95-97. Untuk pasien kategori parah harus melakukan terapi uap beberapa kali. Standar parah itu adalah ketika saturasi oksigen 83-85 atau lebih rendah. Mereka diharuskan melakukan terapi uap pagi dan sore. Barulah saturasi oksigen bisa kembali naik.

Ada pula sebagian kecil pasien yang harus melakukannya lebih dari dua kali. Mereka masuk dalam golongan akut. Dokter Tiwi akan terus melayani terapi uap hingga pasien kembali dengan status negatif Covid. Dibuktikan dengan menunjukkan surat tes swab terbaru.

Demi keamanan, seluruh prosedur mengisap uap dilaksanakan di luar klinik. Sekaligus di tempat dengan paparan sinar matahari langsung demi meningkatkan kemungkinan kesembuhan.

Prosedur di atas sudah diterapkan kepada 300-an orang yang terpapar Covid-19. Hampir seluruhnya dinyatakan membaik dan sembuh dari Covid-19. Ada beberapa pasien dengan kondisi akut yang akhirnya meninggal dunia. Itu pun lebih disebabkan karena tidak mau dirujuk ke rumah sakit. Ada juga yang sudah dirujuk namun tidak tertampung.

 

Tutup dan Pindah Lokasi

Kabar banyak pasien sembuh di tangan dr Tiwi menyebar dengan sangat cepat. Akibatnya, sehari-hari bisa ada puluhan pasien mendatangi tempat praktiknyi di Apotek Kondang Waras, Jalan Raya Takeran, Dusun Krajan, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: