Trio Baret Merah

Trio Baret Merah

Popularitas Sintong Panjaitan juga tak kalah. Namanya mulai dikenal publik saat memimpin operasi pembebasan pesawat Garuda DC 9 Woyla yang dibajak kelompok ekstrem kanan, Imron cs, 1981.

Pesawat rute Palembang–Medan itu dipaksa mendarat di Don Muang, Bangkok. Operasi Woyla yang di lapangan dipimpin Sintong Panjaitan sukses menyelamatkan seluruh penumpang yang telah disandera 4 hari. Lima pembajak pun tewas.

Sukses operasi Woyla itu membuat nama Kopassus –dulu Kopassandha– sangat harum. Diakui dunia internasional. Nama Letkol Sintong Panjaitan juga harum. Sejak saat itu ia pun digadang-gadang sebagai perwira masa depan.

Kuntara pun ikut dalam operasi yang berakhir sukses tersebut. Ia yang saat itu masih perwira menengah ikut menyiapkan senjata dan peluru kaliber 9 mm. Sintong dan Kuntara melakukan simulasi dengan pesawat serupa untuk mengenal karakter pesawat yang dikuasai pembajak itu.

Tak hanya dalam operasi Woyla, Sintong dan Kuntara bahu-membahu dalam berbagai operasi militer. Termasuk operasi sukses di Timtim.

Kuntara merupakan salah seorang jenderal TNI yang berdarah Tionghoa. Kehebatannya membuat karier di dunia militer cemerlang. Setelah menjadi komandan Kopassus, ia sempat menjabat Panglima Kostrad. Setelah pensiun pun, Kuntara yang mahir berbahasa Mandarin diangkat sebagai duta besar di Tiongkok.

Dua hari lalu, Kuntara pergi. Menyusul sahabatnya, Wismoyo. Indonesia akan mengenang dua jenderal baret merah yang mewarnai Kopassus dan TNI itu. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: