Raih Beasiswa Korea, Aktivitas Sangat Padat

Raih Beasiswa Korea, Aktivitas Sangat Padat

Pertukaran pelajar bisa menjadi salah satu aktualisasi diri semasa menjalani kuliah. Kesempatan tersebut dapat menambah pengalaman sekaligus portofolio sehingga bermanfaat bagi tahap kehidupan selanjutnya. Itu dilakukan oleh Nada Nisrina, lulusan Sastra Inggris Universitas Airlangga (Unair).

NADA NISRINA menjalani program itu pada Juni-Desember 2018. Ia terpilih sebagai satu-satunya perwakilan kampus untuk Global Korea Scholarship (GKS) dengan biaya sepenuhnya ditanggung pemerintah Korea Selatan. Di tahun tersebut, hanya tiga mahasiswa yang terpilih dalam program tersebut. Dirinya berangkat bersama dua mahasiswa lain dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Saya berkesempatan menjalani kuliah singkat selama enam bulan di Daejeon University. Mengambil kajian English Language and Literature selama satu semester. Nanti SKS-nya dapat ditransfer ke dalam kurikulum di sini sehingga tidak perlu mengganti masa kuliah. Oh, iya. elain exchange, GKS juga menyediakan beasiswa S-2,” tukasnyi.

Keberangkatan Nada ke sana ternyata dibarengi dengan peraih program beasiswa lain. Total ada 10 mahasiswa Indonesia yang berangkat ke Korea Selatan dalam waktu bersamaan. Berbekal rekomendasi pertukaran mahasiswa dari ASEAN dan PBB.

Dirinyi mengaku sudah mempelajari budaya Korea Selatan sejak awal kuliah. Dimulai dari hobinya menonton tayangan hiburan. Lalu timbul keingintahuan tentang kondisi riil di sana. Bahkan, sampai ikut kelas bahasa. Meski aktivitas tersebut dilaksanakan sebelum mengetahui kesempatan berangkat ke sana dengan biaya yang sudah ditanggung pemerintah setempat.

Informasi itu diketahuinyi dari kakak tingkat yang sudah terlebih dahulu menjalani program serupa. Kemudian Nada segera mencari tahu ke pihak kampus. Bagai gayung bersambut, pihak Unair memang sudah terikat kerja sama dengan Daejeon. Sehingga program pertukaran pelajar sudah rutin mereka lakukan.

Sejumlah persiapan dipenuhi sejak tiga bulan sebelum keberangkatan. Setiap calon penerima beasiswa diminta membuat sebuah dokumen proposal. Berisi tulisan deskripsi diri sendiri sebagai perkenalan dalam Bahasa Inggris. Kemudian menjabarkan visi misi aktivitas transfer ilmu di tanah air sepulang dari sana.

“Jangan khawatir buat yang belum bisa Bahasa Korea. Setiap peserta GKS akan mendapatkan pelatihan setibanya di sana. Kebetulan saya sudah mengambil les kelas Beginner. Jadi tinggal meneruskan ke level intermediate. Sekaligus ambil pelatihan untuk mempelajari bahasa percakapan sehari-hari,” imbuh perempuan yang lulus pada 2019 itu.

Selama enam bulan di negara orang, ia tinggal di asrama mahasiswa Daejeon. Yang tinggal di sana hanyalah para mahasiswa lokal berprestasi, pelajar asing, serta mereka yang rumahnya jauh dari area kampus. Alhasil, perempuan asli Surabaya itu dapat berinteraksi dengan pelajar lainnya. Memberikan pengalaman baru di luar kegiatan akademik.

Mengikuti perkuliahan menjadi aktivitas sehari-hari. Mulai pembelajaran kelas, laboratorium, hingga mengikuti ujian kompetensi, sama seperti UTS dan UAS. Termasuk mengambil dua kelas tambahan di bidang lain bila mau. Kegiatan belajar-mengajar tersebut dilaksanakan pagi hingga petang. Senin hingga Jumat.

Akhir pekan bukan berarti santai. Nada dan kesepuluh mahasiswa Indonesia lainnya diharuskan mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan. Mulai dari Festival Makanan sampai presentasi kebudayaan. Ada pula Forum Group Discussion (FDG). Ini adalah rangkaian program pemerintah Korea Selatan untuk mempertemukan mahasiswa-mahasiswa internasional di negaranya.

“Setiap dari kami akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok secara acak. Membuat forum diskusi membahas isu lokal maupun internasional bersama-sama. Kegiatan semacam itu cukup menyulitkan. Karena setiap negara punya karakteristik pendidikan berbeda. Sehingga perwakilannya pun punya cara tersendiri dalam mendalami suatu kasus. Termasuk cara presentasi,” imbuh Nada.

Setali tiga uang, Nada menjadi perwakilan Indonesia dalam program ‘Feature of Asia’. Sebuah forum diskusi lain khusus mempertemukan mahasiswa Asia. Masing-masing harus menjelaskan dinamika yang terjadi di negara asal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: