Satu Pelajar Satu Rekening

Satu Pelajar Satu Rekening

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan program “Satu Pelajar Satu Rekening”. Tujuannya, untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar. Terutama untuk mempersiapkan antisipasi di era keuangan digital.

Sebab, dunia saat ini sedang menuju digitalisasi di segala lini. Termasuk di bidang keuangan. Proses jual-beli dan pembayaran sudah memakai non-tunai dan bahkan mobile banking.

“Ini dalam rangka menyiapkan ekosistem keuangan digital. Harus disiapkan sedini mungkin,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri acara Puncak Kejar Prestasi Anak Indonesia Satu Rekening Satu Pelajar di SMA Khadijah Surabaya, kemarin (24/8).

Sebetulnya, program itu tidak terlalu baru. Sebab, dulu juga ada program serupa. Yakni one account one student. Namun, sekarang lebih dimasifkan. Apalagi transaksi digital sudah menjadi kebutuhan di masa pandemi.

“Jadi persiapan ekosistem ini agar tidak gagap teknologi. Kehadiran OJK dan berbagai bank tentu butuh dukungan dari pemerintah daerah beserta kepala dinas pendidikan di setiap daerah,” jelas Khofifah.

Hingga kini, sebanyak 66,4 persen pelajar di Jatim sudah punya tabungan. Bahkan dua bulan terakhir, nilainya mencapai Rp 31 miliar. Tersebar di berbagai bank di seluruh wilayah Jatim. Baik milik pemerintah, swasta, maupun bank daerah. “Agar mereka lebih friendly lagi dengan digital banking maupun financial inclution,” jelas Khofifah.

Kepala OJK Regional Jatim Bambang Mukti mengatakan bahwa program tersebut untuk memfasilitasi kebutuhan pelajar. Selain itu, juga dalam rangka mendidik mereka supaya rajin menabung. Sekaligus memperkenalkan berbagai produk keuangan secara formal.

Dengan begitu, kata Bambang, dampak negatif dari perkembangan dunia teknologi keuangan bisa diantisipasi. Berdasarkan survei OJK tahun 2019, literasi keuangan digital di Jatim terhitung tinggi. Yakni mencapai 48,95 persen. Padahal, nasional masih 38,03 persen.

Tingkat inklusi keuangan pelajar di Jatim juga demikian tinggi. Untuk pelajar usia 15-17 tahun secara nasional mencapai 15,92 persen. Sedangkan, Jatim sudah mencapai 58,28 persen. “Tapi, sekali lagi, itu tidak menghentikan kita. Jangka panjangnya untuk menyiapkan ekosistem dalam menghadapi perkembangan dunia digital,” jelas Bambang. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: