Mengapa ARMY Tidak Perlu Mengamuk Kepada Billboard
Dalam artikel Billboard, disebut bahwa ARMY pintar memanfaatkan celah dalam aturan tangga lagu. Mereka misalnya, membeli album (baik fisik maupun digital) dalam jumlah besar. Agar jumlah penjualannya terlihat heboh. Dana untuk membeli dikumpulkan lewat crowdfunding. Alias patungan rame-rame.
Salahkah klaim Billboard? Enggak. Karena memang itu terjadi. Ketika saya baru masuk fandom Korea, saya terkejut dengan cara-cara fans mendongkrak performa idolanya. Baik penjualan album maupun—yang paling simpel—jumlah view di YouTube.
Ketika sebuah band baru merilis single, misalnya, kelompok-kelompok fans langsung merilis panduan streaming. Agar angka view di YouTube langsung gila-gilaan. Misalnya, search judul secara manual. Jangan memasukkannya ke playlist. Jangan memutarnya secara terus-terusan (agar tidak dikira bot). Putar videonya beberapa kali dalam sejam, diselingi menonton dan me-like video lain.
Dengan taktik itu, angka view langsung spektakuler. Dalam beberapa jam pertama, misalnya, lagu tersebut sudah membukukan jutaan view. Tergantung popularitas artisnya. Kalau level BTS, dalam 24 jam pertama, pasti sudah lebih dari 100 juta view. Cara-cara seperti itu sudah sangat umum. Dan diorganisasi dengan sangat rapi.
Salahkah cara ARMY? Tidak. Curang kah? Hmm… ini debatable. Fans Olivia Rodrigo dan Dua Lipa pasti bilang curang. Tapi yang pasti, cara-cara itu tidak organik. Lalu kenapa marah ketika hal itu disinggung oleh Billboard?
’’Memang banyak ARMY yang khilaf kalau urusan lagu. Streaming berulang kali, dan beli album jor-joran. Cuma agar BTS menang di chart,’’ ungkap Ira Kurniasari, ARMY asal Surabaya. ’’Tapi itu murni usaha ARMY. Dan memang itu ketata banget. Yang bikin kesel, usaha kita malah dibilang manipulasi,’’ lanjut penggemar Suga itu.
Ariyanti, fans BTS asal Sidoarjo, juga mengakui bahwa cara-cara yang dilakukan ARMY tidak organik. Tapi yang dipermasalahkan, ’’ARMY tersinggung dengan pertanyaan Billboard. Bagi mereka, itu tidak etis,’’ kata dia. ’’Kalau aku sih santai aja,’’ dia buru-buru menambahkan.
Lulus Skrining
Di kalangan ARMY—setidaknya sebagian ARMY Indonesia, muncul ’’gerakan’’ untuk memboikot Billboard. Fans tidak mau mengklik artikel tersebut. Lebih-lebih membeli majalahnya. Padahal, mereka sangat royal menggelontorkan rupiah untuk mengoleksi apa saja yang terkait BTS.
Ini, menurut saya, kurang oke. Daripada marah-marah, ARMY mestinya memandang wawancara Billboard dari sisi berbeda. Pertama, mereka harusnya bangga. Bahwa mereka adalah dengan kekuatan luar biasa yang bisa melakukan apa saja untuk membuat idola mereka memuncaki chart. Betapa powerful mereka. Sampai-sampai fans Dua Lipa dan Olivia Rodrigo pada nyinyir.
Kedua, untuk grup sekelas BTS, setiap pertanyaan wawancara sudah diskrining. Tidak ujug-ujug ditanyakan di tempat. Apalagi wawancara Billboard tidak live. Jadi sudah pasti pertanyaan soal manipulasi chart sudah mendapatkan persetujuan dari pihak Big Hit Music.
Bahkan, bisa jadi BTS sengaja memanfaatkan wawancara Billboard untuk mengklarifikasi dugaan manipulasi chart. Tuduhan itu sangat meresahkan. Tapi kan mereka tidak mungkin tiba-tiba menggelar jumpa pers untuk mengklarifikasinya. Bakal kelihatan defensif sekali. Daripada repot-repot, mendingan pinjam tangan Billboard untuk speak up.
Toh, berkat pertanyaan Billboard, Namjoon jadi punya kesempatan untuk memberikan jawaban keren. Simak ucapan leader BTS itu: ’’Soal manipulasi itu pertanyaan wajar kok,’’ kata RM, sebutannya. ’’Tapi kalau di dalam Billboard sendiri ada pembicaraan tentang apa yang harus diwakili oleh pemilik posisi nomor satu, ya silakan mengubah aturannya,’’ tantangnya.
’’Menyalahkan kami atau fans kami yang merebut posisi nomor satu dengan penjualan fisik maupun download, kok rasanya enggak oke ya… Kami merasa jadi target (tuduhan) empuk, hanya karena kami boyband, dari genre K-pop pula. Apalagi kami didukung oleh fans dengan loyalitas yang supertinggi,’’ papar rapper 26 tahun tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: