Mulai Sulit Hubungi Kawan di Pansjhir
Mohammad Ayub Mirdad terus mencari tahu tentang kondisi yang terjadi di negerinya. Terutama di momen pergantian kekuasaan seperti ini. Yang dalam sejarahnya, kerap terjadi dengan berdarah-darah.
KEMARIN pagi (9/9), Mohammad Ayub Mirdad menghubungi Harian Disway. Ia mengabarkan tentang kondisi Afghanistan. Dan kabar baru itu pasti sudah Anda ketahui semuanya.
Bahwa kabinet baru Afghanistan sudah terbentuk. Sebanyak 33 menteri sudah dipilih. Semuanya laki-laki. Tidak ada yang tahu faktor apa yang membuat pejabat itu terpilih.
’’Tak ada satu pun perempuan di dalamnya,’’ gerutu Ayub.
Protes kaum perempuan itu sudah meletup di Afghanistan. Mereka menuntut janji Taliban yang katanya akan menjamin hak-hak perempuan. Aksi pada Selasa (7/9) itu diadakan di dekat kedutaan besar Pakistan di kabul. Selain menuntut hak, para demonstran juga menuduh Pakistan ikut menjadi dalang gara-gara di Afghanistan.
Dalam kabinet Taliban itu, Mullah Mohammad Hassan Akhund menjadi perdana menteri sementara Afghanistan. Ia sebenarnya masuk dalam daftar sanksi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Akhund juga bukan orang baru dalam kancah politik Taliban. Pada era kekuasaan Taliban di tahun 1996-2001, laki-laki berjenggot itu pernah menjadi Wakil Perdana Menteri.
Akhund berasal dari Kandahar. Tempat kelahiran Taliban. Terpilihnya Akhund tidak terlalu mengejutkan warga Afghanistan. Kedekatannnya dengan pemimpin gerakan pertama Taliban Mullah Mohammad Omar tentu menjadi prestise sendiri.
Dari laporan PBB, disebutkan Akhund merupakan rekan dekat dan penasihat politik Omar kala itu. Akhund juga memiliki kelompok yang sangat militan.
Jika dilihat secara garis keturunan, Akhund masih berasal dari suku Pasthun. Suku yang kerap mengklaim sebagai suku mayoritas di Afghanistan. Tidak ada yang tahu pasti umur Akhund. Namun bila dilihat dari ciri fisiknya sekitar 60 tahun.
Akhund juga merupakan pemimpin penting dalam Rhabari Shura. Yakni dewan kepemimpinan di badan pembuat keputusan Taliban. Ia juga dikenal sebagai penulis dalam beberapa karya khazanah Islam.
TERIAKAN PEREMPUAN yang mendemo kedutaan Pakistan di Kabul, Selasa (7/9). Mereka menuduh Pakistan menjadi dalang pergantian kekuasaan di Afghanistan. Aksi itu dijaga oleh tentara Taliban.
(Foto: HOSHANG HASHIMI-AFP)
Di bawah kekuasaan Taliban, Afghanistan mendeklarasikan diri sebagai Islamic Emirate of Afghanistan. Selain itu, Taliban menyatakan menjunjung tinggi syariat Islam. Akhund juga menjamin akan membawa perdamaian, kesejahteraan dan pembangunan di Afghanistan.
Ayub sebenarnya tidak terlalu kaget dengan kabar prinsip syariat yang dipakai Taliban. Menurutnya sudah biasa Taliban berbohong. Terutama terkait hak-hak perempuan. Meskipun perempuan diberi hak untuk sekolah, tapi tetap saja busananya masih diatur oleh Taliban.
Sebenarnya Taliban belum sepenuhnya menguasai Afghanistan. Ada satu provinsi yang sangat sulit mereka kuasai. Yakni provinsi Panshjir. Di tempat itu, mantan wapres Afghanistan Amrullah Saleh kabur. Saleh tidak mengikuti jejak mantan presiden Ashraf Ghani kabur ke luar negeri. Ia lebih memilih sembunyi di sana. Sebab tempat itu satu-satunya yang belum dikuasai Taliban.
Bagi Ayub, tindakan Saleh sama pengecutnya dengan Ghani. Sale enggan menggerakkan militer Afghanistan untuk melawan Taliban. ”Buat apa juga Saleh di sana? Ia tidak bisa mengatur pemerintahan di provinsi kecil itu,” katanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: