Serial Dimaz Muharri (23): Selamat Jalan Qaqa Muharri

Serial Dimaz Muharri (23): Selamat Jalan Qaqa Muharri

Setahun setelah keguguran, Selvia Wetty kembali hamil. Sekitar pertengahan 2014. Dimaz Muharri begitu protektif terhadap istrinya kali ini. Termasuk pindah dari apartemen ke rumah kontrakan di Koala Regency, Surabaya. Semua demi si calon jabang bayi.

---

DALAM sebuah artikel di laman NBL Indonesia pada 9 April 2015 digambarkan bahwa Dimaz Muharri menyiapkan diri menjadi suami siaga. Siap antar jaga. Usia kandungannya saat itu tujuh bulan, hampir delapan bulan.

Via–sapaan Selvia Wetty– menceritakan bahwa pada kehamilan saat itu, Dimaz begitu cerewet. "Nggak boleh ini lah. Nggal boleh itu lah. Mungkin karena ini anak pertama kami ya, jadi takut kalau ada apa-apa," kata Via saat itu. 

Selama hamil, Via dilarang dokter untuk naik pesawat. Jadinya Via tidak bisa menyaksikan Dimaz bertanding di luar kota. Dia hanya bisa menyaksikan musim NBL 2014-2015 saat seri di Surabaya. Sebelumnya, Via hampir tak pernah absen menyaksikan point guard CLS Knights itu bertanding.

Selama hamil ini, dokter mewajibkan Via untuk minum obat penguat kandungan. Ia juga makan makanan bergizi sebanyak mungkin dengan maksud agar anaknyi tumbuh sehat. Efeknya, badan via semakin sentosa. "Waku hamil pertama naik 10 kg. Yang kehamilan kedua naik sampai 35 kg," kata Via.

Naiknya berat badan secara drastis itu efek dari obat penguat kandungan. Kehamilan kedua ini penuh perjuangan. Sebulan sekali Via kontrol ke dokter kandungan. Ke dr Budi Prasetyo. Nah pada bulan ketujuh, seperti biasa Via memeriksakan kandungannyi.

"Kata dokter ada masalah di kandungan saya. Air ketuban saya kering," kata Via. Kondisi itu diketahui dari hasil USG. Via pun bingung. Sebab, selama ini ia tidak merasakan ada yang aneh. "Dan itu air ketuban bisa kering keluar dari mana," lanjut Via.

Saat itu juga Via harus opname di RSIA Kendangsari. Saat itu bertepatan dengan pertandingan NBL seri 10 di DBL Arena antara CLS Knights dan Aspac Jakarta. Kala itu, 12 April 2015, CLS mengalahkan Aspac dengan selisih setengah bola, 61-60. Dimaz mencetak 11 rebound dan 8 poin.

Selesai bertanding, Dimaz langsung berlari ke RSIA Kendangsari. Menemani Via yang terbaring di sana. Via harus diinfus cairan khusus 6 botol sehari. Itu untuk mengembalikan air ketuban yang surut tadi.

Setelah diperbolehkan pulang, Via diharuskan kembali setiap tiga hari sekali untuk mengecek kondisi bayi di kandungannyi. Situasi jelas tidak baik-baik saja saat itu. Saat itu Dimaz juga harus bergabung dengan timnas basket yang melakukan training center di DBL Arena setelah seri 10 NBL musim 2015 selesai. Konsentrasi Dimaz terpecah. "Saya selalu menginap di rumah. Padahal diwajibkan menginap di hotel bersama pemain timnas lainnya," kata DImaz.

DIMAZ Muharri di DBL Store Surabaya. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

 

Suatu hari, Via cemas. Ia tidak merasakan gerakan bayinya lagi. Dimaz dan Via segera ke RSIA Kedangsari. Menurut dokter saat itu, denyut bayinya kritis. Lemah sekali. "Mau caesar tidak memungkinkan karena bayinya terlalu kecil. Tidak sampai 600 gram," kata Via.

Menurut dokter, semua makanan dan nutrisi yang masuk tidak bisa diserap oleh bayi. Semuanya diserap habis oleh ibunya. Akibatnya, si jabang bayi kekurangan gizi. Tidak berkembang dengan baik. Kritis.

Dan pada 24 April 2015, bayi itu akhirnya dikeluarkan dalam kondisi tak bernyawa. Dimaz dan Via memberi nama bayi laki-laki itu Qaqa Muharri. "Dimakamkan di TPU Ngagel," kata Dimaz. Di kompleks pekuburan itu juga ada makam pahlawan nasional Bung Tomo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: