Serial Dimaz Muharri (27): Seru Melatih di DBL Academy

Serial Dimaz Muharri (27): Seru Melatih di DBL Academy

Dimaz Muharri cepat move on setelah mengundurkan diri sebagai pebasket profesional. Ia punya "mainan" baru. Menjadi pelatih di DBL Academy. Hidupnya ia dedikasikan untuk pendidikan basket bagi anak-anak usia 7-15 tahun.

---

HARIAN Disway berusaha untuk mewawancarai Christopher Tanuwidjaja, bos CLS Knights. Perspektif dari Itop–sapaannya– tentu sangat penting. Banyak pembaca serial Dimaz Muharri penasaran mengapa managing partner klub yang menjuarai ASEAN Basketball League (ABL) itu sampai tega kepada Dimaz Muharri.

Itop melalui pesan WhatsApp sempat menanyakan tema wawancara. Saat mengirim pesan, saya memang hanya mengatakan meminta waktu untuk wawancara. Saya pun menjelaskan bahwa Harian Disway sedang menulis serial tentang Dimaz Muharri. Atlet basket yang digugat oleh mantan klubnya, CLS Knights. "Maaf saat ini saya tidak bisa berkomentar ttg itu," tulis Itop dalam pesannya.

Meski begitu, Harian Disway tetap terbuka kepada Itop maupun pihak CLS Knights bila sewaktu-waktu ingin memberikan klarifikasi atas tulisan tentang polemik yang kini ditangani PN Surabaya itu.

Seperti ditulis di seri sebelumnya, Dimaz Muharri digugat oleh CLS Knights. Penyebabnya karena Dimaz bermain untuk Louvre Surabaya pada IBL 2020. Kompetisi itu dihentikan karena alasan pandemi Covid-19.

TECHNICAL Director DBL Academy Andrew Vlahov (tengah) bersama Basketball Director Dimaz Muharri (kiri) dan Erwin Triono. (Foto: DBL Academy)

Versi CLS, Dimaz melanggar perjanjian. Ada Surat Pengakuan Utang yang ditandatangani Dimaz pada saat pamit dari CLS pada Desember 2015. Dalam surat itu tercantum bahwa Dimaz berutang Rp 393,6 juta. Dimaz sama sekali tidak pernah menerima sepeserpun nominal yang dituliskan itu.

General Manager CLS Knights Ferry mengatakan kepada Dimaz bahwa utang itu berlaku apabila sampai 2017, Dimaz bergabung ke klub lain. Nilai itu semacam nilai transfer pemain. Saat itu Dimaz langsung tanda tangan. Ia ingin urusan dengan CLS cepat selesai.

Dimaz resmi bergabung dengan DBL Academy pada akhir Desember 2015. Tak lama dari pengunduran dirinya di CLS Knights. Kebetulan DBL Academy butuh pelatih. Dimaz langsung ditunjuk sebagai head coach (sekarang Basketball Director). Saat itu ada 7 pelatih. Termasuk Erwin Triono, mantan pemain CLS Knights juga.

Saat itu memang baru persiapan. DBL Academy belum diluncurkan secara resmi. Namun sudah mulai membuka pendaftaran siswa. Tempat latihan di lantai 2 Gedung Graha Pena, Surabaya juga belum siap 100 persen. Baru ada 1 lapangan. Lapangan mininya masih dibangun.

DIMAZ MUHARRI (kanan) bersama Augie Fantinus (kiri) dan Maria Felicia Tan di DBL Academy Yogyakarta. (Foto: DBL Academy)

Dimaz dan para pelatih mengikuti training khusus dari perwakilan World Basketball Academy (WBA) Australia. DBL Academy memang bekerja sama dengan WBA yang berpusat di Perth. Kurikulum di DBL Academy mengadopsi dari WBA Academy.

"Saya belum pernah ikut kursus kepelatihan. Baru itu di-training teori dan praktik. Banyak dikenalkan game fun yang sangat menarik," kata Dimaz. "Saya yang pemain basket profesional baru itu kenal metode-metode latihan yang menarik," sambungnya.

Di DBL Academy, anak tidak hanya diajarkan skill bermain basket. Tapi ada character development, nutrition class, dan multisport event. Juga ada parent gathering dan parent activity. DBL bekerja sama dengan UNICEF dalam nutrition development.

Saat launching DBL Academy, Dimaz terkejut. Pendaftarnya lebih dari 200 orang. Mereka dibagi berdasarkan kelompok usia. "Oleh trainer dari Australia kami diajari bagaimana berinteraksi dengan siswa. Tiap usia ada metode pendekatannya," kata Dimaz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: