Beda yang Menumbuhkan Cinta

Beda yang Menumbuhkan Cinta

Hobi bisa jadi tema pre-wedding. Cukup banyak calon pengantin yang memilihnya seperti Ressi Rochmawati dan Suherman. Dengan cara itu, mereka mengenalkan diri sebagai pasangan berbeda namun satu rasa.

Awalnya Ressi dan Herman bingung mau memilih tema apa. Padahal sudah getol mencari-cari dan berdiskusi panjang. ”Karena enggak menemukan jalan tengah, maka dipilihlah foto berdasarkan hobi. Mas Herman itu suka sama motor modifikasi klasik. Kalau saya sukanya main ke alam,” ujar Ressi.

Pemilihan tema tentang kegiatan kesukaan itu akhirnya mempermudah hampir semua urusan persiapan foto pra-nikah mereka. Pakaian dibuat simpel. Senyamannya mereka saat beraktivitas. Tak perlu membeli lebih banyak properti dan aksesori.

”Kami cukup memaksimalkan yang sudah ada. Begitu juga pas milih lokasi. Kami ambil yang bisa dijadikan sebagai tempat tepat untuk pamer motor sekaligus venue tepat untuk berkemah,” terang perempuan 25 tahun tersebut.

Herman membawa motor kesayangan sebagai properti tema pertama. Pasangan yang menikah pada 2019 itu memakai pakaian serba hitam. Layaknya pasangan penikmat motor jenis café racer medio 1960-an yang populer di Inggris. Dilengkapi kacamata hitam dan sepatu formal gelap demi mempertegas kesan anak motor.

Sementara Ressi membawa tenda kesayangan untuk foto tema dua. Termasuk tas carrier yang biasa dipakainya kalau sedang jalan-jalan ke gunung. Kali ini, dipilihlah pakaian atas putih dengan bawahan warna cokelat krem. Dilengkapi dengan kemeja flannel motif kotak khas pendaki gunung.

”Persiapan tema foto hobinya Mas Herman simpel banget. Bawanya cuma motor sama helm. Berbeda dengan saya. Barangnya banyak. Tapi ternyata proses membangun tenda saja bisa jadi momen romantis. Termasuk ketika memeragakan sedang berjalan di tengah hutan. Layaknya lagi naik gunung beneran,” katanya.

Ada dampak positif yang bisa diambil kalau mengambil hobi sebagai tema foto. Berkutat dengan barang kesayangan terbukti dapat mengurangi rasa canggung di depan kamera. Alhasil instruksi fotografer pun jadi lebih mudah diikuti. Hasil akhir maksimal hasilnya.

Padahal Herman bukan sosok camera face. Sudah dari lama susah berekspresi. Apalagi kalau disuruh berpose. Ia mengeluh badannya tidak bisa luwes seperti mereka yang sudah biasa berfoto. Akan tetapi, perasaan itu bisa diantisipasi terutama saat ia sedang membangun tenda dan mempersiapkan alas duduk serta matras di dalam.

Semua berlangsung lancer. Satu-satunya kendala adalah cuaca. Mereka melaksanakan sesi foto ini ketika musim penghujan. Targetnya semua harus selesai sebelum jam satu siang. Karena biasanya hujan turun menjelang sore.

Gunadi, fotografer, akhirnya berusaha semaksimal mungkin mengarahkan Ressi dan Herman. Pose yang dipilih terbilang simpel serta tak banyak menampilkan adegan kelewat romantis atau kolosal. Ia fokus pada menangkap keakraban dari kliennya. Ressi dan Herman akhirnya bisa menampilkan interaksi saat lagi pacaran.

Mereka menunjukkan kecocokan yang mereka rasakan hingga memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Pemilihan hobi turut menunjukkan bahwa mereka bisa menerima satu sama lain. Meskipun punya kegiatan favorit yang berbeda namun tetap menemukan kesamaan. Hingga timbul rasa cinta.

”Awalnya kami berpikir seru berfoto dengan tema lagi kemah. Ekspektasinya ya seperti sedang ke gunung beneran. Tapi saat foto pre-wedding, rasa tersebut tidak lagi ada. Karena kami semua diburu waktu. Kalau hujan malah nggak bisa foto sama sekali. Untung semuanya dapat terlaksana dengan baik,” kenang Ressi. (Ajib Syahrian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: