Jumlah Yatim di Jatim Meningkat

Jumlah Yatim di Jatim Meningkat

BERDASAR data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, jumlah anak yang kehilangan orang tua di Jatim makin banyak. Awal Agustus lalu ada 5.082 anak yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19. Kini jumlah itu naik menjadi 7.365 anak.

Terjadi peningkatan yang signifikan hanya dalam waktu dua bulan. Jumlah itu tertinggi se-Indonesia. Dari jumlah tersebut pula, tercatat 3.120 anak menjadi yatim. Ribuan anak itu kini diasuh hanya oleh ibu karena kehilangan bapak.

Artinya, banyak ibu yang menjadi single parent. Mau tak mau sang ibu menopang kehidupan rumah tangganya secara mandiri. Tanpa keberadaan sang suami. Seluruh kewajiban rumah tangga beserta anaknyi ditanggung seorang diri.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur Andriyanto menegaskan bahwa akan ada perhatian khusus bagi para single parent tersebut. Ia sedang mengupayakan program-program penunjang perekonomian rumah tangga mereka.

Misalnya, pelatihan-pelatihan kerja bagi yang tidak memiliki pekerjaan. Langkah itu sangat mendesak. Mengingat, mayoritas ekonomi keluarga di Jatim bertumpu pada penghasilan suami. Artinya, apabila suami meninggal, otomatis ekonomi rumah tangga menjadi rentan.

”Ketika suami meninggal, potensi problem ekonomi mereka juga tinggi,” ungkapnya kemarin (19/9). Ia mengatakan saat ini telah bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk menggalang bantuan. Harapannya, taraf ekonomi para single parent itu bisa teratasi. Mereka bisa berpenghasilan sendiri.

Konsultan Keuangan Mimien Susanto ikut menambahkan. Menurutnyi, ada dua solusi bagi para single parent itu. Bergantung pada posisi mereka saat ini. Sebab, single parent yang sudah punya pekerjaan sejak sebelum ditinggal suami dan yang masih menganggur tentu berbeda.

Bagi yang pertama, cukup dengan meningkatkan kinerjanya. Berlatih manajemen waktu yang baik. Agar anak mereka tetap dalam pengasuhan yang baik.

Bagi yang kedua, mereka harus segera mencari pekerjaan. ”Bisa dengan ikut pelatihan-pelatihan kerja seperti itu. Lalu, mendirikan usaha sendiri, misalnya,” jelas Mimien.

Lalu, PR bagi keduanya adalah manajemen keuangan. Sebab, percuma apabila sumber penghasilan ada tapi manajemen keuangannya buruk. Maka, para single parent itu harus banyak berlatih mengelola keuangan. Apalagi, sumber pendapatan mereka sekarang hanya satu.

Pelatihan manajemen keuangan itu sangat mendesak. Terutama bagi mereka yang punya warisan dari suami. Jangan sampai pengelolaannya tidak baik. Sebab, besar dan kecil sumber pendapatan bakal bergantung pada pengelolaan keuangan. ”Nah, saran saya, ada juga pelatihan tata kelola keuangan seperti itu bagi mereka,” jelasnyi. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: