Mengejar Kesan dengan Impresionis

Mengejar Kesan dengan Impresionis

Proses pencarian menuju impresionis dari realis dengan media cat air tak begitu saja mulus dilakukan Untoro Tanu Merto. Ada banyak alasan mengapa kecenderungan itu makin besar.

Bali tak hanya menjadi perubahan tempat tinggal Toro. Ketika pindah pada 2006 dari Bandung ke Sanur, perhatiannya pada hal-hal etnik di Pulau Dewata mempengaruhi pilihan objek dan gayanya dalam melukis dengan media cat air.

A Pray For Better Day. Tentang suasana pura di pagi hari. Toro menyerdehanakan detail-detail ukiran di gapura dan beberapa elemen lainnya. (Untoro Tanu Merto untuk Harian Disway) 

”Sebelumnya saya menyukai objek human interest. Seperti pedagang terompet, penjual sayur di pasar, pekerja bengkel pinggir jalan. Tapi ketika pindah ke Bali sebagai landscape designer, ketertarikan saya menjadi lebih ke hal yang detail dan tradisional,” terangnya.

Seperti kain batik, atau element-elemen hiasan pada pakaian tradisional. Sebagai orang Solo yang kemudian berdomisili di Bali, Toro pun terinspirasi tipikal dua daerah itu. Tak heran bila kadang ia melukis prajurit Keraton Solo. Lantas berpindah tentang gadis-gadis Bali dengan kain tradisional.

Perpindahan gaya itu bukan tanpa alasan. Toro merasa realis memerlukan energi yang lebih banyak. Pun kesabaran karena banyak detail yang diolah. Untuk menghasilkannya, harus menunggu cat air benar-benar kering sebelum ditimpa layer berikutnya. Karena saat basah hasil sapuannya pasti blur atau tidak tegas.

Tekanan warna harus pas. Jangan sampai detail yang satu dengan yang lain tidak saling mendukung. ”Intinya sedetail apa pun lukisan saya pasti tetep ada yang dilemahkan agar ada point of interest. Itulah mengapa saya cenderung menggambar impresionis sekarang,” katanya.

Rahasianya ada pada teknik campuran antara wet on wet dan dry on wet. Dalam realis, wet on wet diaplikasikan Toro pada background saja. ”Seperti kata sahabat saya Ngurah Darma, watercolorist harus terbiasa dengan prediksi. Sebab teknik basah itu baru tahu hasilnya setelah kering. Jadi kami lebih mengejar kesan,” bebernya.

Dalam melukis cat air bergaya impresionis, memang tak semua objek di depan mata harus tergambar. Ada elemen yang ditambahkan atau dihilangkannya. Semua itu demi menghasilkan komposisi yang diinginkan. Seperti pada lukisan A Pray For Better Day, tentang suasana pura di pagi hari.

Dengan smart, Toro menyerdehanakan detail-detail ukiran di gapura dan beberapa elemen lainya. Hal itu membuat pandangan mata tertuju ke arah tengah, di mana gapura sebagai frame. Tampak asap dupa yang ditambahkan untuk menambah suasana dramatis.

Kecenderungan impresionis itu makin kuat ditekuni Toro dari teman-teman sesama watercolorist. Apalagi setelah bergabung dalam komunitas pelukis cat air, baik skala lokal maupun internasional, Indonesian Watercolor Society (IWS), IWS-Indonesia, dan Komunitas Lukis Cat air Indonesia (Kolcai).

”Dari situlah saya mulai pameran. Saya pameran lukisan internasinal pertama 2005 di Museum ARMA, Ubud. Saya sering melukis on the spot bersama kawan-kawan. Bersama merekalah saya banyak mendapat kesempatan menorehkan gaya impresionis,” ujarnya.

Kekuatan karya Toro yang lain ada pada warna merah. Warna itu memiliki energi yang dahsyat. ”Entah energi semacam apa ya. Tapi saya merasakan warna ini punya daya yang lebih. Bisa menjadikan lukisan cat air lebih kuat atau semacam eye catching ketika dipajang dalam ruang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: