Labkesda Surabaya Bisa 10 Ribu Sampel Per Hari
PEMKOT Surabaya sudah menerapkan metode pool test PCR untuk mempercepat testing di sekolah dan madrasah. Namun, cara yang dipopulerkan tenaga ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Andani Eka Putra itu belum terasa efeknya.
Kapasitas testing Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Surabaya masih 3 ribu sampel per hari. Setelah pakai metode itu, kapasitasnya hanya naik jadi 4 ribu. Meningkat, tapi belum signifikan.
Metode tersebut pernah meningkatkan kapasitas Laboratorium Universitas Andalas, Padang. Yang mulanya 200 sampel per hari menjadi 1.500 dalam waktu sekejap. Dokter Andani yang menjadi kepala lab bahkan berhasil meyakinkan Pemprov Sumatera Barat untuk tidak memakai rapid test karena kapasitas testing PCR di laboratorium sudah tinggi.
Pool test dilakukan dengan menggabungkan sampel mukus ke satu tabung. Jumlahnya bisa 10 atau 5. Jika tabung tersebut negatif, anggaran PCR bisa dihemat. Pengetesan sampel secara individu baru dilakukan saat ada tabung yang terkonfirmasi positif.
Andani mengatakan, Labkesda Surabaya adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Ada 82 tenaga laboratorium yang siap bekerja 24 jam. Ia pernah mengirim tenaga ahli dari Padang untuk mengajarkan metode testing yang cepat. ”Di Surabaya seharusnya bisa 8 sampai 10 ribu sampel per hari,” ujar Andani.
Lalu, mengapa labkesda hanya mampu menguji 4 ribu sampel per hari? Andani tidak melihat ada masalah pada peralatan, SDM, atau ketersediaan reagen.
Menurutnya, itu terjadi karena jumlah sampel yang masuk belum banyak. ”Sampelnya aja yang kurang,” kata alumnus SMA Negeri 3 Padang itu.
Sampel guru dan murid yang dikirimkan ke labkesda memang belum banyak. Dua hari pertama hanya 5 ribu sampel. Dua hari berikutnya 7 ribu sampel.
Penanggung Jawab Labkesda Surabaya Umi Widayati mengatakan, peningkatan testing akan dilakukan secara bertahap. "Tahap awal 4 ribu," ujarnyi.
Situasi kini mendukung. Ketersediaan reagen dari Kementerian Kesehatan tak pernah bermasalah. Tenaga laboratorium yang sempat tumbang separuh karena tertular Covid-19 juga sudah pulih.
Di sisi lain, Pemkot Surabaya mengakui ada satu siswa SD yang terkonfirmasi positif dari hasil testing massal di sekolah. Namun, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengklarifikasi kabar tersebut. Siswa tertular setelah pulang dari luar kota. "Jadi, bukan karena pembelajaran tatap muka (PTM)," ujarnya.
Pemkot memang berada di posisi sulit. PTM harus dilakukan karena banyak murid yang tidak menguasai materi pelajaran selama satu setengah tahun belakangan. Di sisi lain, PTM bisa menjadi bom waktu karena potensi penularan di ruang kelas yang tertutup relatif tinggi. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: