Mobilitas Masyarakat Naik

Mobilitas Masyarakat Naik

HASIL asesmen situasi Covid-19 menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di level 2. Bahkan, angka fatalitas juga tinggi dibanding negara-negara tetangga. Yakni mencapai 3,37 persen.

Angka itu terhitung 1,6 kali lipat lebih tinggi dari angka fatalitas global. Dan 37,4 kali lipat dari angka fatalitas Singapura yang saat ini mencapai 0,34 persen. Sementara, angka fatalitas Jawa Timur mencapai 0,27 persen.

“Jatim sudah membaik. Harus ditingkatkan terus,” ujar Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo, kemarin (3/10).

Satu hal yang perlu diantisipasi adalah meningkatnya mobilitas masyarakat. Beberapa acara besar juga diselenggarakan. Pelonggaran itu membuat angka mobilitas masyarakat kembali normal. Bahkan, kini sudah sama seperti sebelum terjadi gelombang kedua. Angka rekreasi pun naik menjadi 4 persen.

“Angka rekreasi ini sudah plus. Lebih tinggi dari angka rekreasi saat PPKM darurat. Kita semua tidak benar-benar berharap terjadi kenaikan kasus lagi,” jelas WIndhu. Ia juga menyoroti masih banyak pelanggaran perilaku ditemui. Padahal, kondisi sekarang belum aman. Persebaran virus masih ada. Kasus positif juga masih ada.

Apalagi varian baru sudah menyebar ke negara-negara di Asia. Seperti Jepang, India, dan Hong Kong. Ia berharap agar pemerintah tidak melonggarkan pintu masuk internasional. Jika dibuka, karantina terhadap pekerja migran harus diperketat.

“Yang kita takutkan akhir tahun tiba-tiba bisa melonjak lagi. Pekerja migran kita banyak yang bekerja di sana. Dan paling bahaya sampai sekarang memang didominasi oleh varian Delta,” kata dosen yang mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu.

Lalu, bagaimana cara mencegah gelombang ketiga?

Menurut Windhu, upaya surveillance faktor dan risiko harus berbasis pada masyarakat. Yakni masyarakat ikut melihat, mengawasi, dan mengontrol kegiatannya sendiri. Misal, apabila ada pelanggaran terhadap prokes di kegiatan-kegiatan tertentu, maka harus segera dilaporkan kepada Satgas Covid-19.

“Jadi harus berani lapor. Jangan malah ditutup-tutupi. Karena prokes yang buruk itu berakibat pada naiknya kasus,” jelasnya. Dengan laporan itu, Satgas terbantu menemukan penyebab dari membesarnya risiko penularan. Sehingga, upaya pencegahan bisa segera dilakukan.

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Jatim Makhyan Jibril melaporkan, kasus konfirmasi positif masih bertambah ratusan kasus tiap hari dalam seminggu terakhir. Sedangkan, kasus kematian di bawah sepuluh kasus tiap hari. “Alhamdulillah, jumlah kasus sudah melandai. Juli pernah tembus sampai 50 ribu kasus, sekarang tersisa 1.496 kasus aktif,” ujarnya.  (Mohamad Nur Khotib)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: