Binerica Mempertanyakan Eksistensi Makhluk Ekstraterestrial
Proses dari demo ke rekaman pun terbilang cepat. Dalam tiga hari, struktur lagu beserta lirik sudah terbentuk.
’’Saya ingin pendengar bisa ikut merasakan betapa kecilnya kita sebagai makhluk. Bahwa setiap keangkuhan kita sebagai manusia hanyalah titik kecil dalam keagungan alam semesta,’’ kata Fadhli filosofis.
’’Peperangan, pertumpahan darah serta pergantian kekuasaan yang dirasa besar mungkin hanyalah sebuah titik kecil. Kita yang menentukan apakah ingin berbagi dengan penghuni lain atau tidak,’’ ia memaparkan pendapatnya.
Ada pula karya yang bertajuk Manusia & Mesin. Hasil kolaborasi dengan musisi Peewee in the Garage. Lagu ini merupakan ballad yang menceritakan perpisahan seorang penjelajah antariksa dengan robot kesayangan.
Kisah fantasi tersebut dibalut musik dengan irisan genre beragam. Mulai dari synthwave hingga psychedelic pop. Bisa dibilang genre musik serta konten yang ditawarkan masih asing di ranah musik tanah air. Namun, hal tersebut tidak mengurungkan niat Fadhli untuk menapakan kaki di belantara musik Indonesia.
Bicara soal inspirasi musik, karyawan sebuah perusahaan rintisan tersebut coba menggabungkan Daft Punk dan Radiohead. Tak jarang dirinya mendengarkan Tame Impala sebagai referensi penyusunan notasi vokal. Khusus untuk lagu Manusia & Mesin, atmosfer album Kid A milik Radiohead begitu terasa. Apalagi ia memandang Thom Yorke, vokalis band rock Inggris itu, sebagai teladan.
Mendengarkan dua lagu tersebut membuat kita memahami ciri khas musik yang dibawakan Binerica. Perpaduan suara synthesizer, Ableton, dan vocal samping begitu terasa. Menghasilkan melodi yang mungkin akan sulit lepas dari kepala, begitu kita memasuki ke dunia Binerica berhias tanda tanya besar akan alam semesta.
GARA-GARA digital audio workstation inilah, Fadhli Fauzi jadi serius menekuni musik. Sebagian besar komposisi musik dibuat dengan alat ini.
’’Saya tidak mau disebut sebagai musisi profesional dengan bermacam fasilitas recording pendukung. Seluruh komposisi elektronik ini dihasilkan dari sebuah kamar kosong di rumah yang dimodifikasi seadanya menjadi studio,’’ tutur Fadhli. ’’Rasanya saya lebih tepat disebut sebagai bedroom singer,’’ imbuh pria yang juga seorang gitaris itu.
Meski mengaku sebagai bedroom singer, eksplorasi musiknya terbilang luas. Dalam lagu Lima Dimensi, Fadhli mengajak serta basis Ananda Thesvara. Alunan gitar bass mengiringi suara Ableton dengan melodi elektronik ritmis. Karakter musiknya bisa dibilang sebagai gabungan antara Jamiroquai dan Owl City. Temponya meningkat di akhir. Sebagai simbol akan begitu besarnya tanda tanya dia terhadap posisi manusia dalam alam semesta.
Ia menjelaskan, masih ada beberapa materi lagu yang akan dilepas. Lalu, ia berencana menyatukan semuanya ke dalam sebuah album pendek atau extended play (EP). Nantinya semua akan dilepas secara daring hampir di semua platform. Seperti Spotify, Deezer, YouTube, hingga Apple Music.
’’Belum ada agenda untuk menampilkannya secara langsung. Masih cukup sibuk juga dengan pekerjaan utama saya. Karena agensi tempat saya kerja sudah merambah sampai ke level Asia Tenggara,’’ papar Fadhli. ’’Di situlah saya harus pintar-pintar bagi waktu agar proyek musik Binerica dapat terus berlanjut,’’ tutupnya. (Retna Christa-Ajib Syahrian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: