Tak Kapok Pengalaman Buruk

Tak Kapok Pengalaman Buruk

Rike Saputri sudah belasan tahun menikmati alam sebagai caranya melepas penat. Hobinya itu asyik. Namun tidak selalu indah seperti yang dibayangkan. Butuh kondisi fisik prima dan siap segala kondisi tak terduga.

Jangan melihat enaknya saja pada seseorang yang sedang menikmati hobinya di alam. Entah ketika mendaki gunung atau menjelajah. Tak jarang terjadi kondisi yang cenderung ekstrem. Mulai dari hujan, angin badai, sampai bertemu hewan buas serta liar.

Tongkat menjadi salah satu item yang wajib dibawa Rike Saputri ke mana pun. Apalagi kalau jalur pendakian terbilang ekstrem. (Rike Saputri untuk Harian Disway)

Juga jangan berpandangan sempit dulu bila penikmat hobi itu adalah wanita. Memang mayoritas laki-laki. Rike menyadari hal itu. Sebagai seorang perempuan, ia punya hobi yang tergolong ’enggak cantik’. Beda dari kebanyakan kaum Hawa di sekitarnya.

”Cewek kan identik dengan kegiatan lebih feminim. Sedangkan ke gunung atau alam itu dekat sama kegiatan maskulin. Sudah sering anggapan seperti itu tapi saya sudah terlanjur menyukai melakukannya,” katanya.

Apalagi hobinya main ke alam membuatnya sampai menekuni profesi sebagai tour guide. Meskipun akhirnya kegiatan tersebut harus tersendat selama lebih dari setahun akibat pandemi Covid-19.

Sementara itu, ia mengisi waktu luang dengan menjadi pekerja lepasan (freelancer) atau menjual menu makanan. Namun perempuan kelahiran Bogor tersebut tetap tak mau meninggalkan kegiatannya itu. Maklum ibunya dulu memiliki hobi sama.

”Bahkan sampai ikut dengan organisasi mahasiswa pecinta alam atau mapala di Universitas Padjajaran. Naik gunung dan main ke pantai sudah dilakukan bahkan sejak tahun 1980-an. Saat fasilitas masih serba terbatas lho,” terangnya.

Meskipun melakukan aktivitas outdoor yang dianggap maskulin, Rike Saputri tetap suka berfoto dengan tampilan yang cantik dan menarik. (Rike Saputri untuk Harian Disway)

Sejumlah dokumentasi beberapa pendakian dan penjelajahan alam yang dilakukan ibuanya itu disimpan dengan aman dalam album foto di rumah. Dari situlah Rike pertama kali mengetahui kegiatan ibunya. Ia pun penasaran dengan apa yang dilakukan ibunya semasa muda.

”Saya SMA di Bogor lalu kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Jadi sudah ada bayangan nanti kuliah mau ngapain. Bukannya mikir biar jadi pintar. Malah sudah merencanakan aktivitas yang justru berpotensi bikin telat lulus,” kata perempuan 26 tahun itu.

Kekhawatiran tersebut memang ada benarnya. Rike mengakui terlena dengan berbagai kegiatan yang dilakukan semasa kuliah. Sehingga ia harus wisuda lebih lama dari teman-teman di angkatannya. Akan tetapi, hal itu tidak jadi masalah. RIke sudah sibuk bekerja di ranah kesukaannya.

Ada banyak kenangan terkait momen pertama kalinya naik gunung yang sudah dilakukannya sejak semester 1 atau pada 2013. Saat itu dirinya mencoba mendaki ke daerah Batu, yaitu Gunung Penanggungan dan Panderman.

Sejak itu dia tak berhenti jalan-jalan ke tempat yang terbilang susah dijangkau oleh masyarakat pada umumnya. Bahkan ketika pulang ke Bogor, ia selalu menyempatkan waktu untuk eksplorasi ke alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: