Setiap Bayi Lahir Adalah Calon Presiden
KONSTITUSI harus bisa menjamin hak setiap warga negara. Sebab, konstitusi menjamin hak setiap warga negara untuk menjadi apapun. Untuk menjaga itu semua, diperlukan sikap toleransi yang merupakan aktualisasi Pancasila.
"Setiap bayi yang lahir adalah calon presiden. Itu hak yang melekat berlandaskan konstitusi," kata Prof Yudian Wahyudi, kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam Strategic Discussion: Memperkuat Ideologi Pancasila dan Deradikalisasi yang diadakan Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jawa Timur dan Universitas Islam Malang (Unisma), di kampus Unisma, Rabu (27/10/2021).
Acara tersebut merupakan rangkaian Hari Santri 2021. Selain Yudian, pembicara yang hadir adalah Stafsus BPIP Romo Benny Susetro, serta Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Prof Waryono. Ketua PW NU Jatim KH Marzuki Mustamar menyampaikan sambutan secara daring.
Menurut Yudian, para santri bisa menjadi pemimpin di negeri ini. Ia mencontohkan banyak santri yang menduduki jabatan strategis. Salah seorang di antaranya adalah Mahfud MD yang menjadi Menko Polhukam. Terlebih, kata Yudian, peran santri dalam kemerdekaan cukup besar.
Kemerdekaan Indonesia, kata Yudian, diraih karena kita bisa mempersatukan banyak bangsa dan kerajaan. Revolusi pertama yang tidak berdarah yaitu revolusi Bung Karno dan Bung Hatta. Melalui politik majemuk melalui Piagam Madinah dan diolah sedemikian rupa menjadi Pancasila. "Siapa yang melawan Pancasila, maka melawan doa para Nabi, ridho Allah, hukum internasional, dan Ijtima’ para pemimpin," kata Yudian.
Staf Khusus BPIP Romo Benny Susetyo menambahkan, santri punya peran besar menjaga Bhineka Tunggal Ika. Sebab, kata Romo Benny, seseorang yang beriman itu mencintai bangsa dan negaranya. "Pesantren memiliki kemampuan yang kuat dari sisi agama, wirausaha, gotong royong, dan memiliki jiwa Pancasila," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua PW NU Jatim KH Marzuki Mustamar dalam pengarahan secara daring menyampaikan, Rasulullah dulu juga memimpin negara yang multietnis, multi agama, dan multi budaya. Bagaimana Rasulullah memimpin cukup dijadikan referensi karena Indonesia juga memiliki berbagai macam kebudayaan dan agama.
"Rasulullah mengambil jalan tengah. Melindungi umat muslim dan umat non muslim," kata Marzuki.
Di samping dakwah dan jihad, kata Marzuki, Rasulullah juga mengedepankan kepemimpinannya di Madinah karena dasar kecintaannya kepada Madinah. Patriotisme juga tidak hanya menyangkut syariat, tetapi merupakan sunnatullah yang juga terdapat dalam diri Rasulullah.
Rektor Unisma Prof Maskuri dalam sambutannya mengatakan, Unisma menjadi pelopor kampus anti radikalisme. Menurutnya, deradikalisasi merupakan persoalan faktual, jangan sekadar wacana. Harus ada aksi yang nyata. "Unisma siap berperan di barisan paling depan," katanya.
Ketua PW ISNU Jatim Prof M. Mas'ud Said menyampaikan, kegiatan diskusi strategis itu merupakan rangkaian dari 137 kegiatan PW NU Jatim pada peringatan Hari Santri 2021. "Terima kasih atas kerawuhannya," kata Mas'ud. (tom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: