Penerapan Konsep Bioclimatic Architecture Pada Rumah Kos

Penerapan Konsep Bioclimatic Architecture Pada Rumah Kos

Menjalankan bisnis rumah kos bukan sekadar menyewakan kamar. Pemilik kos berarti memberikan tempat tinggal sementara bagi orang lain. Karena itu, sebaiknya menyediakan rumah yang layak huni. Sehingga nyaman buat semua penyewa.

---

RUMAH KOS di kawasan Keputih berada tengah-tengah permukiman dengan bisnis serupa. Banyak rumah kos lain di sekitarnya. Namun, tak banyak dari tempat tersebut yang memperhatikan kesehatan lingkungan dan penghuninya.

Isu lingkungan memang menjadi concern utama pemilik rumah. Ia ingin hunian itu didesain sesuai dengan iklim tropis Surabaya yang panasnya luar biasa. Tidak hanya itu. Bujetnya juga tidak banyak. Biaya perawatannya nanti juga harus rendah. 

’’Rumah semacam ini biasa disebut dengan bioclimatic architecture. Jadi iklim tropis itu jadi guideline-nya,’’ jelas Andy Rachman, arsitek yang mendapat tugas mendesain rumah kos tersebut. ’’Kemudian saya coba membawa tema biophilic. Itu sebutan untuk bentuk rumah yang memanusiakan manusia. Sehingga mereka bisa nyaman tinggal di sana,’’ lanjut Andy.

Adaptasi terhadap iklim langsung terlihat dari penempatan tembok dengan lubang ventilasi. Dekorasi bikinan sendiri tersebut menghadirkan lubang-lubang angin yang memungkinkan udara bisa bebas bersirkulasi. Memberikan sensasi sejuk serta menjauhkan pengap. Sekaligus menjadi jalur cahaya matahari. Agar tidak perlu menyalakan lampu di siang hari.

FASAD RUMAH dengan bata ekspos dan plester yang dibiarkan tanpa cat menghasilkan nuansa industrial. Pagarnya dilengkapi banyak lubang ventilasi, agar sirkulasi udara lebih lancar.

Secara umum, tidak ada pembagian ruang yang spesifik. Terdiri dari tiga lantai, hampir seluruhnya berisi kamar yang dilengkapi bathroom. Andy menambahkan ruang berkumpul, dapur terbuka, kamar mandi tamu, dan sebagainya. Setiap lantai memiliki area kosong untuk jalur lalu-lalang penghuni dengan ukuran yang lapang.

Rumah kos ini tidak sepenuhnya diplester karena keterbatasan biaya. Namun, konsep bata ekspos justru terlihat bagus dan estetik. Sesuai dengan gaya industrial yang ngetren saat ini. Hanya beberapa area lain saja yang ditutup acian semen. Tapi tidak dicat. Tetap tampak keren.

’’Cara itu bisa menghemat biaya penyelesaian akhir. Sekaligus menghemat biaya perawatan. Karena semua memperlihatkan bentuk asli,’’ jelas Andy. ’’Sehingga pemilik nantinya akan fokus pada perbaikan komponen utama. Alih-alih terganggu dengan kerusakan ornamen dekoratif. Pemilik enggak perlu, misalnya, mengecat ulang dinding-dinding,’’ paparnya.

Masing-masing kamar dibuat dengan ukuran 4x3 meter. Cukup lapang dan sehat bagi satu orang. Luasan kamar terkadang diabaikan pemilik rumah kos. Biasanya, pengusaha kos membangun kamar sebanyak-banyaknya. Tanpa memperhatikan faktor kesehatan penghuni.

SETIAP KAMAR mendapatkan pasokan udara dan cahaya matahari alami berkat jendela besar. Furniturnya memanfaatkan bahan kayu daur ulang yang lebih ramah lingkungan.

Setiap punya desain sama. Andy memastikan semua ruangan mendapatkan space jendela. Sehingga meskipun ber-AC, kamar tetap bisa mendapatkan asupan udara dan cahaya alami dari luar. Ini juga menjadi bentuk penerapan konsep biophilic.

Utuk furnitur kamar, Andy memilih perabotan yang terbuat dari kayu daur ulang. Itu juga berlaku untuk kusen-kusen serta daun pintu dan jendela. Menurutnya, bahan kayu itu harganya yang lebih terjangkau daripada kayu solid. Namun memiliki daya tahan yang kurang lebih sama. Dengan sedikit proses finisihing, maka tampilan jadi terlihat estetik.

Sumber: