Waspadai Penambahan Kasus di 9 Provinsi
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengibarkan bendera waspada. Gelombang Covid-19 menerjang 53 negara Eropa. Di waktu yang sama, Satgas Covid-19 RI juga mewaspadai 9 provinsi yang mengalami peningkatan kasus dalam satu pekan (lihat grafis).
“Eropa baru kena varian delta sekarang. Kalau sembilan provinsi yang kami pantau memang naik, tapi tidak terlalu ekstrem,” ujar Staf Ahli Kementerian Kesehatan RI dr Andani Eka Putra kemarin (7/11). Ia mengatakan, Eropa sedang mengalami apa yang dirasakan Indonesia Juni-Juli lalu. Fasilitas kesehatan mereka overload karena varian delta.
Kasus baru di Eropa meningkat 6 persen pada pekan lalu. Ada ledakan kasus yang begitu besar: 1,8 juta orang tertular dalam sepekan. Jumlah kematian juga naik 12 persen pada periode yang sama.
Varian delta cepat sekali menyebar tapi juga cepat mereda. Indonesia mengalami masa kritis selama dua bulan gara-gara varian itu. Kasus mulai melandai Agustus. Saat itu sudah banyak yang tertular. Baik terdeteksi atau pun tidak.
Setelah 70 persen penduduk tertular atau terlindungi vaksin, situasi bisa dikendalikan. Tercipta kekebalan imunitas secara alami. Termasuk di daerah minim vaksin. Namun, daerah dengan capaian vaksinasi rendah harus membayarnya dengan angka kematian yang lebih besar.
Kementerian Kesehatan pernah mengeluarkan analisis pasien Covid-19 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Agustus lalu. Hanya ada satu pasien yang meninggal dari 51 orang yang telah menerima vaksin pertama. Sementara 78 pasien yang sudah dua kali divaksin bisa bertahan hidup semuanya.
Mereka juga menangani 618 pasien yang belum divaksinasi. Kematiannya mencapai 88 jiwa. “Makanya saya sering bilang. Daerah yang vaksinnya rendah juga aman. Tapi berapa yang meninggal?” ujar Mantan Direktur RS Universitas Andalas (Unand) Padang itu.
Indonesia sudah bisa melewati masa krisis serangan varian delta. Kini, yang dikhawatirkan adalah serangan varian baru. Semua tahu virus bertahan hidup dengan terus bermutasi. Saat muncul varian yang lebih mematikan, maka serangan gelombang ketiga sudah tinggal menunggu waktu.
Karena itulah, Andani menegaskan bahwa percepatan vaksinasi menjadi kunci pencegahan penularan pada gelombang ketiga nantinya. Capaian vaksinasi dosis pertama Indonesia mencapai 125.184.867 jiwa atau setara 60,11 persen dari sasaran vaksinasi. Sedangkan, dosis kedua mencapai 79.048.546 jiwa atau setara 37,96 persen. Masih kurang banyak.
Andani mengikuti rapat koordinasi dengan Kemenkes kemarin. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginginkan percepatan vaksinasi di seluruh daerah. Pemerintah daerah juga harus gencar mencari warga yang terindikasi terpapar Covid-19 lewat active case finding.
Sesuai dengan namanya, metode itu mengharuskan pemerintah aktif mencari orang-orang yang berstatus kasus konfirmasi tanpa gejala. Mereka tidak sadar tertular, tapi membaur dengan kerumunan.
Metode active case finding tidak diterapkan secara acak. Harus ada target yang menjadi prioritas. “Sekarang ini targetnya sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka,” lanjut Pakar Mikrobiologi Unand itu.
Dengan jumlah tes yang diperbanyak, maka jangan heran jika tren pasien positif akan bertambah. Karena itulah data penambahan pasien Covid-19 terkadang mengecoh.
Bisa jadi daerah yang mengalami lonjakan kasus tinggi memiliki upaya lebih untuk mendeteksi warganya yang tertular. Sedangkan daerah yang jumlah penambahan kasusnya sedikit tidak melakukan upaya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: