Komunitas Kostum Surabaya Siap Meramaikan Tunjungan

Komunitas Kostum Surabaya Siap Meramaikan Tunjungan

Ajang Halloween Costume di Cafe Prajurit adalah ajang terakhir yang mereka ramaikan. Dihelat pada 30-31 Oktober 2021. Mereka menerjukan beberapa anggota dengan riasan hantu-hantu dari dalam maupun luar negeri. Contohnya Syaiful Hamzah yang hadir dengan mengenakan kostum dan riasan ala genderuwo. 

Syaiful Hamzah saat memerankan diri sebagai genderuwo pada perayaan Halloween 2021 di Cafe Prajurit. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

”Saya kemarin memerankan sosok Genderuwo. Halloween kan identik dengan makhluk menyeramkan. Jadi saya mencoba menghadirkan hantu asli Indonesia. Semuanya saya buat sebaik mungkin. Mulai dari riasan wajah, rambut palsu, sampai pakaian berwarna hijau  tua lusuh seperti yang digambarkan orang-orang,” kata pria yang biasa disapa Ipul itu.

Semuanya dikerjakan sendiri, dibantu oleh beberapa rekan komunitas. Edi sebagai mentor mengarahkan agar setiap personil bersiap diri sebaik mungkin. Memperhatikan setiap detail dari karakter yang dibawakan. Tujuan mereka tentu saja demi memenangkan kompetisi.

Salah satunya adalah seorang anak yang didandani boneka Annabelle. Periasan dilaksanakan sendiri oleh Edi dan mereka yang lebih berpengalaman. Standar detail tetap sebagus mungkin tapi disesuaikan dengan kondisi pemakai kostum.

Komunitas Kostum Surabaya sudah punya angan-angan untuk meramaikan Jalan Tunjungan dengan parade kostum. Mereka berniat berkumpul pada malam minggu di sana lalu mempersilakan masyarakat untuk berfoto bersama.

Sebagian member Komunitas Kostum Surabaya dalam hajatan Halloween 2021. Momen ini jadi kesempatan untuk tampil karena biasanya ada banyak lomba kostum diadakan berbagai pihak dengan hadiah menarik. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Sekaligus membawa sejumlah properti agar dapat disewa sebagai properti foto. Kegiatan tersebut sebelumnya rutin dilakukan kala Car Free Day (CFD), di taman-taman kota, sampai undangan dalam suatu kegiatan.

”Jalan Tunjungan kan habis ini katanya mau dibuat seperti dulu. Jadi kawasan historis tempat berkumpul masyarakat. Biar lebih seru, kami hadir pakai kostum. Serta ingin memberitahu orang-orang kalau kami ini beda dengan mereka yang mendandani diri seadanya lalu minta duit,” tegas Ipul.

Ipul dan Edi memang tidak mau disebut demikian. Karena mereka menjalankan ini semua sebagai hobi. Serta tidak pernah menarik tarif bagi siapa saja yang mau berfoto. Bagi mereka, mendapatkan apresiasi dan pujian dari masyarakat sudah cukup membahagiakan.

Tahun baru nanti, sebagian kecil anggota ingin main ke Bali. Mereka sudah punya pelanggan setia di kawasan Legian. Biasanya para bule dan wisatawan membutuhkan jasa para pemeran kostum untuk meramaikan acara tahun baru.

”Wisatawan mancanegara punya rasa apresiasi lebih tinggi pada kami. Itulah yang juga kami harapkan bisa ada di Surabaya. Memakai kostum itu sulit dilakukan. Bikinnya susah. Riasannya sangat mendetail sampai wajah kami tidak terlihat. Bagi kami hal tersebut adalah karya seni karena tidak semua bisa melakukannya sebagus kami,” pungkas Edi. (Heti Palestina Yunani-Ajib Syahrian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: