Imajinasi Kota yang Tak Klise

Imajinasi Kota yang Tak Klise

Rangkaian sejarah, peristiwa, pertemuan berbagai kebudayaan di wajah sebuah kota direkam 21 penulis jebolan Akademi Menulis Padmedia. Menjadi buku berjudul Dari Humba ke Santiago: Rahasia Setiap Kota.

Layaknya kota dengan dinamikanya, arus kehidupan serba cepat. Membuat mereka yang tak berpikir kreatif, tak kritis, dan tak pandai memanfaatkan peluang akan tersisih. Gambaran itu terjadi dalam Akademi Menulis Padmedia Batch #4.

Berlangsung sejak Februari 2021, kelas menulis angkatan keempat itu dilalui dengan beberapa tahapan. ”Mulai dari teori menulis, praktik, hingga membuat ulasan tentang karya-karya para mentor,” ujar Wina Bojonegoro, inisiator Akademi Menulis Padmedia.

Mentor yang terlibat tak main-main. Mereka adalah nama besar di dunia sastra Indonesia. Sebut saja Damhuri Muhammad, penulis ternama yang mengahsilkan Laras, Tubuhku bukan Milikku, Takhayul Milenial, dan Anak-anak Masa Lalu.

Ada nama Mashdar Zainal, Vika Wisnu, Kurnia Effendi, Dewi Kharisma Michellia, dan Sunlie Thomas Alexander. Tentu saja Wina sendiri, kepala sekolah. Bersama mereka, 23 penulis digembleng.

Seperti bersama Damhuri yang memberikan tema besar yang jadi bahan tulisan, Kota dan Peristiwa. Menurutnya, di dalam sebuah kota pasti ada masalah yang menarik untuk dituang dalam cerpen.

Bisa kesenjangan sosial, kemiskinan, gaya hidup, dan berbagai konflik yang mewarnainya. ”Setiap penulis pasti punyai keterkaitan dengan tempat tinggalnya. Nah hal-hal itulah yang digali lebih dalam sehingga menghasilkan karya yang bermutu,” terangnya.

Peristiwa dan segala permasalahan tentang kota itu lalu bisa diimajinasikan oleh masing-masing penulis. ”Satu sama lain tidak boleh sama,  tidak boleh stereotype, apalagi klise,” ungkap Damhuri.

”Ketentuan penulisan itu dipraktikkan. Beberapa penulis kesulitan. Ada yang kreativitasnya mandek. Tapi mereka kami ajak terus berpikir keras membuat naskah yang benar-benar memuat suatu persoalan yang unik, tak lazim dan mampu memiliki daya gugah bagi pembacanya,” terang Wina.

Alhasil, proses seleksi naskah memakan waktu lama. Terhitung 9 bulan 10 hari. Seperti hamil saja,” kata Wina, lantas tertawa. Waktu selama itu dibutuhkan karena para mentor mewajibkan peserta untuk mengulas tulisan sesama peserta.

”Dari proses itu, tak jarang mereka harus mengubah alur ceritanya, merombak total sudut pandang kisah, mengubah ending tulisan hingga memulainya dari awal,” ungkap Wina.

Seperti dinamika sebuah kota, mereka yang tak mampu berinovasi dan tak tahan tekanan akan tersisih. Sama. Dari semua materi pelajaran dan 20 tugas yang harus dikerjakan, proses seleksi pun berlangsung.

”Dari 23 peserta, ada 18 orang yang terpilih karena berhasil menyelesaikan tugas akhir yaitu membuat cerpen. Yang lolos itulah dibukukan. Ditambah tulisan mentor, Mashdar dan saya,” ujar Wina. 

Terkumpullah 22 cerpen. Jika masing-masing menyertakan satu karya, hanya Yulfarida Arini yang lolos dengan dua cerpen. Berjudul Agus Kakus dan Reuni. ”Akhirnya bayi itu lahir pada 7 November 2021. Kami luncuran lewa Zoom,” kata Wina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: