Ayo, Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan
MLAKU-mlaku nang Tunjungan bukan sekadar lagu. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi akan mewujudkannya. Ia ingin menghidupkan lagi Jalan Tunjungan hingga sesuai dengan lagu berjudul Rek Ayo Rek tersebut. Oleh karena itu, ia tidak setuju dengan rekomendasi Komisi C DPRD Surabaya untuk mencabut larangan parkir di jalan bersejarah itu.
"Teman-teman belum tahu sebenarnya akan diapakan sih kok parkir dijauhkan. Ternyata ada event mulai 4 sore sampai 8 malam," kata wali kota yang sudah 9 bulan menjabat itu. Ia ingin menjadikan Jalan Tunjungan sebagai ikon dan pusat wisata kota. Sampai sekarang Surabaya belum punya itu.
Jalan harus steril dari tempat parkir agar konsep pertunjukan jalanan yang dikonsep pemkot bisa maksimal. Diharapkan program Mlaku-mlaku Nang Tunjungan juga tidak menimbulkan dampak kemacetan.
Kemacetan parah pernah terjadi gara-gara Patung Squid Game yang dipasang di salah satu gedung di Jalan Tunjungan. Pemkot tidak mau hal itu terulang karena pandemi belum berakhir.
Sembilan kantong parkir sudah disiapkan. Eri sengaja meletakkan kantong parkir dengan jarak relatif jauh. "Agar orang jalan dari tenant ke tenant lainnya," ujarnya.
Dengan begitu pusat keramaian di Tunjungan lebih tersebar. Tidak terpusat di area Hotel Majapahit yang di seberangnya sudah berdiri belasan restoran dan kafe itu.
Ia yakin jika event harian di Tunjungan jalan, ruang milik jalan akan sangat padat. Karena itulah pemkot menyediakan kantong parkir. Dengan ruang yang lebih besar, pengunjung bisa menjaga protokol kesehatan dengan menjaga jarak.
Sekretaris Komisi C DPRD Surabaya Agoeng Prasodjo menanyakan feasibility study (FS) konsep Mlaku-mlaku Nang Tunjungan itu ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya. Namun ia belum mendapatkan jawaban. "Saya tanya siapa yang buat tidak dijawab. Ternyata FS-nya memang tidak ada," ujar politisi Golkar itu.
Menurutnya larangan parkir yang berlaku sejak 1 November itu terlalu prematur. Event yang dijanjikan pemkot belum digelar, namun pembatasan parkir sudah dilakukan.
Wajar jika 11 pengusaha restoran dan kafe yang baru buka setahun di Jalan Tunjungan protes. Mereka menggelar aksi boikot berjualan setiap akhir pekan.
Tanpa 11 pengusaha itu, program pemkot tidak akan berjalan. Sebab, salah satu konsep pengembangan Tunjungan adalah wisata kuliner trotoar. Jika pedagang tak mau menyewa trotoar pemkot, konsep Mlaku-mlaku Nang Tunjungan tak mungkin terwujud. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: