Serunya Menelusuri Elbow Falls hingga Kananaskis di Kanada

Serunya Menelusuri Elbow Falls hingga Kananaskis di Kanada

Setelah puas, kami segera memacu mobil Jeep menuju perhentian kedua. Yakni Danau Kananaskis. Jalanan masih lengang dengan deru angin kencang. Lahan-lahan perkebunan warga tampak lapang. Tak ditanami apa pun. Hanya rumput yang dibiarkan tumbuh. Pada musim gugur seperti ini, aktivitas pertanian warga setempat juga tak jalan.

Kami juga melalui beberapa kawasan peternakan. Kandang-kandang sapi dan domba dibiarkan terbuka. Para pemilik peternakan sama sekali tak khawatir hewan ternaknya hilang.

Di Kanada, tak ada yang namanya pencuri sapi. Barang hilang apa pun bentuknya, dapat kembali dengan selamat.

Di tengah perjalanan, aku harus mengerem mendadak. Serombongan sapi, ratusan ekor jumlahnya, tiba-tiba menyeberang. Sapi-sapi itu terlihat keluar dari pagar peternakan. Dua orang pria berkuda memandu mereka. Tapi sapi-sapi gendut itu leha-leha nyebrang begitu saja. Jalannya ginuk-ginuk. Berasa di catwalk. Eh, cow-walk.

Karena penasaran, aku keluar dari mobil dan mengawasinya dari jauh. Sekitar 50 meter jaraknya. Aku heran, sapi-sapi itu dibiarkan bebas mencari makan. Tak ada rasa khawatir sedikit pun. Kurang lebih kami menunggu sekitar 20 menit. Sampai rombongan sapi itu membebaskan akses jalan menuju Danau Kananaskis.

Setelah sapi-sapi berkulit coklat kemerahan itu kelar fashion show—eh, menyeberang, kami melanjutkan perjalanan. Alur jalannya menanjak-menurun hingga masuk ke bagian lereng Rocky Mountain yang terpencil. Tak lama, derai air terdengar di telinga. Kami berteriak girang. Danau sudah dekat!

Di balik hutan cemara, jalan berbelok. Tampaklah biru menghijau air Danau Kananaskis. Antara jalan dan lokasi danau diberi batas berupa batu-batu besar yang dipasang berjajar.

Sebelum menuju danau, kusempatkan untuk duduk di depan mobil. Menikmati pancaran surya di balik langit biru, dengan gumpalan awan putih bergulung-gulung. Sorotnya membias ke air danau. Membayang serupa kilauan permata-permata putih di sela jernih.

Kulepas sepatuku. Lalu pergi ke tepi danau dan mencelupkan kaki untuk merasakan airnya. Empat kawanku sudah mewanti-wanti karena airnya sangat dingin. Ternyata benar. Benar-benar dingin. Tapi aku cuek. Kubiarkan saja kakiku bertelanjang. Lalu duduk di tepiannya yang berpasir.

Kuhirup dalam-dalam udara musim gugur Kanada. Kulayangkan pandang sejauh-jauhnya. Pesona negeri ujung Benua Amerika begitu memanjakan mata. (Retna Christa-Guruh Dimas-*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: