Perdagangan Nasional Surplus, Jatim Defisit
NERACA perdagangan nasional kembali mengalami surplus pada periode Oktober 2021. Yakni mencapai USD 5,73 miliar. Nilai itu mencatatkan rekor paling tinggi. Sebelumnya, surplus tertinggi periode Agustus 2021 yang mencapai USD 4,74 miliar.
“Surplus beruntun selama 18 bulan. Surplus Oktober yang tinggi ini didorong oleh peningkatan nilai ekspor dan impor,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Pusat Margo Yuwono saat konferensi pers virtual, kemarin (15/11).
Total nilai ekspornya mencapai USD 22,03 miliar. Angka tersebut naik sebesar 0,36 persen secara month-to-month (m-to-m). Dan naik sebesar 51,06 persen secara year-on-year (y-on-y).
Margo menyatakan, surplus Oktober 2021 tersebut didukung dominasi beberapa komoditas. Di antaranya yang paling besar seperti bahan bakar mineral, minyak dan lemak hewan/nabati, juga besi dan baja. “Dan ada tiga negara tujuan ekspor terbesar dari komoditas tersebut,” lanjutnya.
Pertama, ke Amerika Serikat yang mencatatkan surplus sebesar USD 1,7 miliar dengan dua komoditas andalan. Yaitu minyak dan lemak hewan/nabati serta pakaian, rajutan, dan aksesori. Kedua, ke Tiongkok mencatatkan surplus sebesar 1,3 miliar dengan komoditas bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Yang terakhir, ke Filipina mencatatkan surplus sebesar USD 685,7 juta. Yakni komoditas bahan bakar mineral dan kendaraan dan bagiannya. Sebaliknya, beberapa negara tujuan mengalami defisit. Misalnya, ke Australia defisit sebesar USD, ke Thailand defisit sebesar USD 295,6 juta, dan ke Ukraina defisit sebesar USD 216,4 juta.
“Neraca perdagangan nasional dari Januari hingga Oktober 2021 mengalami surplus total USD 30,81 miliar. Harapannya, nanti surplus yang cukup tinggi ini bisa berlanjut dan kinerja ekspor yang baik bisa dipertahankan. Sehingga bisa berdampak baik pada pemulihan ekonomi,” papar Maguwo.
TERMINAL Nilam di Pelabuhan Tanjung Perak menjadi salah satu pintu keluar dan masuk barang di Jawa Timur. (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)
Sementara itu, neraca perdagangan Jawa Timur pada periode yang sama mengalami defisit sebesar USD 640,15 juta. Itu disebabkan oleh defisit pada sektor migas sebesar USD 481,19 juta dan non-migas sebesar USD 158,96 juta. “Secara kumulatif, dari Januari hingga Oktober 2021, juga masih terhitung defisit sebesar USD 3,33 miliar,” kata Kepala BPS Jawa Timur Dadang Hardiwan.
Nilai ekspor turun sebesar 5,42 persen atau setara USD 1,88 miliar. Sektor non-migas menjadi penyumbang tertinggi. Terutama ke tiga negara tujuan ekspor, yakni, Amerika Serikat sebesar USD 327,20 juta, Jepang sebesar 253,20 juta, dan Tiongkok sebesar 247,37 juta.
Sedangkan, nilai impor naik 17,34 persen atau setara USD 2,52 miliar. Dan sektor non-migas juga mendominasi. Ada negara tujuan impor tertinggi, yakni, Tiongkok sebesar USD 602,08 juta, Thailand sebesar USD 115,67 juta, dan Amerika Serikat sebesar USD 89,71 juta. “Kondisi ini membuat kinerja kedua sektor tersebut perlu lebih ditingkatkan agar bisa surplus pada periode berikutnya. Selain itu, harus diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas,” jelas Dadang. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: