Gandol Truk dari Kediri Bantu Pertahanan Surabaya

Gandol Truk dari Kediri Bantu Pertahanan Surabaya

Ismanoe menjawab panggilan itu. Ia pamit ke kedua orang tuanya. Mereka tak melarangnya. Semua orang tua merelakan anaknya berjuang demi tanah air. 

Mereka juga tahu bahwa pelajar juga harus berangkat. Ada 24 ribu pasukan sekutu yang siap merebut Surabaya. Pasukan yang ada tak mungkin mampu menahan gempuran mereka.

“Pamit ya, biasa saja. Saya bilang mau ikut tempur,” kata kakek 11 cucu itu. Tidak ada pemuda cengeng. Mereka yang tidak ikut berangkat karena takut akan memikul aib selamanya.

Panggilan bela negara sudah berkumandang. Bung Tomo dari Surabaya sudah membakar semangat para pejuang lewat radio pemberontakan. Orasi itu seperti magnet yang menarik kekuatan seluruh Jatim ke Surabaya.

Hari itu, ada truk yang akan mengangkut tentara pelajar dari Kediri ke Mojokerto. Ismanoe agak sial. Ia tidak dapat tempat duduk. Truk tua itu sudah penuh. Dari bak belakangnya sampai atap kepala truk sudah terisi orang. 

Ada sedikit ruang yang tersisa di dekat moncong truk. Ismanoe tak punya pilihan lain. Ia menempel di sana sepanjang tiga jam perjalanan. “Pegangan tiang bendera,” kata ayah lima anak itu.

Monumen Mas TRIP di Gunung Sari yang jadi tetenger pertempuran dahsyat pada 1945.
(Foto: EKO SUSWANTORO-HARIAN DISWAY)

Perjalanan selanjutnya ditempuh dengan jalan kaki ke utara. Pada 9 November, Belanda melayangkan ultimatum. Jika rakyat Surabaya tidak menyerah, seluruh kota akan digempur dengan serangan darat, laut dan udara.

Ancaman itu tidak mempan. Bung Tomo kembali mengobarkan semangat pejuang. Ismanoe mendengarkan pidato itu dari radio yang dibawa prajurit. 

Dengarkanlah ini tentara Inggris. Ini jawaban kita. Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris! Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu

Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih. Maka, selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!

“Bung Tomo itu luar biasa,” kata Ismanoe. Orasi berhasil membangkitkan semangat prajurit. Mereka kesetanan tak takut mati.  Hingga sampailah di pintu pertahanan terakhir Surabaya: Gunungsari. Prajurit TRIP berguguran di sana. (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: