Paduan Modern-Etnik Banyuwangian ala Jazz Patrol

Paduan Modern-Etnik Banyuwangian ala Jazz Patrol

Tumbuh dengan tradisi Banyuwangi, Jazz Patrol memukau pengunjung lewat pementasan musik yang diselenggarakan oleh Jatim Art Forum. Mereka membawakan lagu Banyuwangian dengan pola musik ritmis berbasis akustik.

 

DIGELAR selama 10 hingga 13 November, pementasan Jatim Art Forum di gedung ATV, Batu, Malang, selalu ramai pengunjung. Publik tampaknya rindu dengan pementasan kesenian setelah sekian lama vakum akibat pandemi.

Eko Rastiko, pemain angklung Jazz Patrol menyambut dengan antusias hidupnya kembali kesenian di Jawa Timur, lewat Jatim Art Forum. ’’Masa pandemi, meski dalam pembatasan, kami tetap berproses dan menghasilkan beberapa kreasi komposisi baru,’’ ungkapnya.

Ketika didapuk sebagai pengisi acara dalam penutupan Jatim Art Forum pekan lalu (13/11), Jazz Patrol konsisten dengan lagu-lagu Banyuwangian, mengusung musik ritmis berbasis akustik. Mereka membawakan 6 tembang: Ya Ope, Basanan, Gelang Alit dan Seng Ono Jodoh. Dua di antaranya berkolaborasi dengan Taufik Monyong, Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur, membawakan sebuah lagu berjudul Paparegen Madura. Juga berkolaborasi dengan Sugiri Sancaka, Bupati Ponorogo, membawakan lagu berjudul Kelangan.

Jazz Patrol sangat akrab dengan kearifan lokal Banyuwangi. Lewat eksplorasi estetik, memadukan alat musik ritmis tradisional dari serta alat musik modern, Angklung dan seruling menjadi penguat musikalitas mereka, juga alat musik patrol. Masyarakat umum menyebutnya kentongan. Dahulu, saat bulan Ramadhan, alat-alat itu digunakan untuk membangunkan para penduduk Banyuwangi, terutama warga Temanggungan, ketika waktu sahur tiba.

Kedekatan dengan kebudayaan lokal itulah yang menginspirasi beberapa seniman asal Temanggung untuk menciptakan karya musikal unik. Tembang-tembang yang dibawakan pun adalah tembang Banyuwangi. Awal berdiri, cikal bakal Jazz Patrol itu menamakan kelompoknya Banyuwangi Putra.

Pada 2016, mereka berkolaborasi dengan penyanyi legendaris Trie Utami. Nada-nada tradisional serta alunan musik modern yang rancak, serta nada vokal dengan cengkok Banyuwangian, Trie Utami menyebut mereka sebagai Jazz Patrol. Karena identik dengan permainan ritmis patrol. Setelah itu, mereka mengubah nama grupnya sesuai dengan pemberian Trie Utami.

Penyematan kata jazz pada nama Jazz Patrol tentu beralasan. Jazz merupakan genre musik yang relatif bebas. Tak ada pakem yang pasti. Ketika dimainkan pun, musik jazz cenderung didominasi oleh improvisasi. Nada-nada pendukungnya dapat diambil dari khasanah musik tradisi atau bentuk musik lain.

Komposisi jazz ala Banyuwangian membuat siapa saja bergoyang. Alat-alat ritmis tradisional yang mereka mainkan tak sekadar berfungsi sebagai pengatur tempo. Melainkan berfungsi pula sebagai rythm section, atau musik latar yang mengisi part ketika salah satu personil memainkan melodi.

Tentu cukup sulit memainkan alat musik ritmis dan memadukannya dengan alat musik modern. Eko menyebut bahwa eksplorasi kreatif mereka membutuhkan proses panjang.

’’Apalagi notasi angklung terbatas. Hanya lima oktaf saja. Nada la rendah, kemudian do, re, mi, sol , dan la tinggi. Tanpa fa dan si. Jadi harus bisa berimprovisasi,’’ papar pria 43 tahun itu. Di sisi lain, ketika nada dasar berganti, Eko juga harus mengganti peralatan angklungnya yang senada dengan nada dasar tersebut. Itu pula yang ia lakukan di atas panggung.

Sepanjang penampilan, komposisi modern-etnik yang dibawakan Jazz Patrol mampu membangkitkan imajinasi, memberi nuansa dalam pikiran. Ketika musik yang mereka mainkan bernada syahdu, lembut dan bertempo lambat, pendengar seakan dibawa pada keasrian alam di Kota Lumbung Padi, Banyuwangi. Berbeda ketika mereka membawakan irama country jazz dengan teknik vokal Epeng, sang vokalis yang meliuk-liuk bercengkok Banyuwangian, membawa suasana hati menjadi penuh kegembiraan.

Para pengunjung juga dibuat menahan napas ketika dalam salah satu part yang mereka mainkan hanya diisi dengan pukulan ritmis dari alat musik patrol yang bertalu-talu. Tak pelak, penampilan mereka mendapat respons meriah dari pengunjung. (Retna Christa-Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: