Komentar Film No Time to Die: Banyak Plot Hole

Komentar Film No Time to Die: Banyak Plot Hole

Oleh:

R.A.Wahyudi,

wiraswasta, penggemar film

 

SAYA bukan penggemar film James Bond. Saya tonton asal saja. Kadang tertarik dengan musuh-musuhnya yang unik, gadget, atau kendaraan kerennya. Dan dari semua Bond yang ada, saya sama sekali bukan penggemar Daniel Craig. Secara visual kelam dan realistis, standar bagi film aksi modern. Tidak suka Bond, tidak suka Bond versi Craig, dan bukan fans film aksi modern.

Jadi saya coba untuk menonton No Time To Die. Dan… saya tidak menyukainya.

Menurut saya, film ini penuh kelemahan dalam penyutradaraan. Contohnya adegan ketika anak James Bond diambil oleh sang musuh. Adegan ini datar banget. Yang ditampilkan Madeline Swann (Lea Seydoux) juga bukan sikap natural dari ibu yang dipisahkan dengan anaknya. Mestinya ada jeritan, teriakan, dan tangisan.

Sungguh mengherankan kenapa sutradara Cary Joji Fukunaga melewatkan kesalahan kecil semacam ini. Selain itu, ketika sang musuh, Lyutsifer Safin (Rami Malek) menangkap dan kemudian melepas anak Bond, terasa tidak ada runutan logika.

Jika kita lihat secara detail, banyak lubang di plot. Motivasi si villain utama tidak jelas. Ia banyak melakukan tindakan yang kurang logis. Misalnya, kenapa ia membutuhkan virus khusus yang menyerang sesuai DNA? Apa tujuannya membunuh banyak orang? Untuk apa dia menculik pacar Bond? Kenapa tidak membunuh James Bond menggunakan virus itu? Tidak bisakah James Bond hidup dengan isolasi mandiri? Terlalu banyak pertanyaan semacam ini.

Adegan aksinya solid, hanya saja beat-nya kadang sedikit off. Sebagai contoh, saat Bond bertarung melawan Spectre bersama Paloma (Ana de Armas). Ada adegan ketika Bond menghentikan aksi, lalu menyuguhkan minuman buat partnernya. Cool. Sayang enggak pada tempatnya. Padahal, di sepanjang film banyak adegan bicara yang bisa digunakan untuk menyempurnakan adegan aksi.

Plotnya lumayan bagus sampai bagian pesta bersama Paloma. Tapi setelah itu, film semakin banyak retakan. Ini paling tampak dalam musuh utama, Lutsifer Safin. Rami Malek punya potensi akting yang bagus di awal. Tapi pada akhir film, aktingnya jatuh dan dialognya semakin parah. Ada suatu titik, menurut saya, ketika Malek tampak sudah tidak antusias untuk terus memainkan persona jahatnya.

TOKOH VILLAIN Lyutsifer Safin (Rami Malek) menjadi salah satu titik lemah No Time To Die karena tidak memiliki motivasi yang jelas.

Sementara itu, akting dan pesona Craig tidak bisa diragukan lagi. Ia luar biasa, dalam standar protagonis film aksi. Dan kalau boleh jujur, emosi bukanlah fokus dari pahlawan aksi. Tapi Bond yang ini menampilkan emosi yang lebih, yang ditampilkan dalam gerak kecil. Menurut saya ini pencapaian yang unik dari Craig. Sayangnya, dialognya memiliki plesetan yang parah bukan main. Seharusnya penulis skenario bisa membuat one-liner lebih baik dari ini.

Ana de Armas sebagai Paloma cukup bersinar. Sayang screen time dia terlalu sebentar. David Denchik juga lucu sebagai ilmuwan Rusia Obruchev. Cristopher Waltz sebagai Ernst Blofeld agak tersia-sia. Jeffrey Wright (agen CIA Felix Leiter) menjadi sahabat yang mati karena tuntutan klise. Sedangkan Lea Seydoux-nya cantik banget.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: