Temuan Granat M9 Tidak Dibawa Pulang

Temuan Granat M9 Tidak Dibawa Pulang

Pada tahun 1990-an warga sekitar juga masih bisa menyaksikan sisa pesawat yang ditembak jatuh di dekat Kedung Cowek. Pesawat bisa terlihat saat air surut. 

Nelayan yang sudah sepuh masih ingat bahwa mereka tidak boleh menebar jala. Jika tersangkut, jaring nelayan bisa robek. 

Warga yang diwawancarai menceritakan bahwa pesawat itu sudah dipotong-potong. Bagian-bagiannya diangkut ke kapal yang mendekati bangkai pesawat itu.

Waktu terus berlalu. Sisa-sisa perang dunia perlahan semakin habis di Kedung Cowek. Yang belum sempat dijarah tentu masih tertimbun tanah yang setiap tahun selalu naik. Daun-daun yang berguguran membuat tanah di sekitar benteng menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

Sudah lama Ady berharap ada ekskavasi di area Kedung Cowek. Ia meyakini ada banyak sekali temuan di area seluas 7,1 hektare itu. Kegiatan itu tentu tidak bisa dilakukan Komunitas Roodebrug.

Ia berharap Pemkot Surabaya menginisiasi penelitian di Kedung Cowek yang baru ditetapkan sebagai cagar budaya tahun lalu. Penelitian bisa melibatkan akademisi atau Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim. “Kalau kita yang melakukan tentu tidak mungkin,” kata alumnus Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Kasus serupa pernah terjadi di Singapura pada 1990. Mereka merevitalisasi Benteng Labrador. Ady sudah dua kali mengunjungi saudara kembar Benteng Kedung Cowek itu.

Meski mirip, perlakuan dua benteng itu jauh berbeda. Pemerintah Singapura mengemas benteng itu sebagai destinasi wisata sejarah. Lingkungannya ditetapkan sebagai taman nasional Singapura. “Setelah digali ada banyak sekali temuan. Mulai dari meriam sampai terowongan,” kata wirausahawan itu. 

Bukan tidak mungkin ada terowongan bawah tanah di Kedung Cowek. Sebab yang membangun benteng itu sama: Pemerintah Hindia Belanda. (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: