Tak Mungkin Menanti Proyek Cable Car

Tak Mungkin Menanti Proyek Cable Car

Akses jalan itu akan terhubung dengan Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT) Nambangan. Ruas sisi selatannya sudah diuruk dengan tanah kapur yang kini jadi akses ke lapangan tembak. 

Sayangnya semua rencana pengembangan wisata itu buyar setelah pandemi menyerang. Lapangan tembak yang masih setengah jadi tidak diteruskan pembangunannya. Wali Kota Tri Rismaharini tidak bisa meresmikan proyek fasilitas olahraga itu di pengujung masa jabatan periode kedua.

Ada dua faktor, mengapa proyek itu mandek. Pertama, anggaran belanja pemkot dirombak. Hampir semua proyek pembangunan di DPRDKP CKTR ditunda. Uangnya dipakai untuk penanganan Covid-19.

Kedua, fasilitas olahraga itu dipakai untuk RS darurat. Pemkot memakainya saat Kasus Covid-19 meledak Juli lalu. “Mau tidak mau semua proyek kelanjutannya kami on-hold,” lanjut pejabat eselon 3 itu.

Setelah lapangan tembak, pemkot juga menyiapkan lahan untuk velodrome atau lintasan sepeda indoor. Namun, realisasinya masih lama. Pemkot mencoretnya dari daftar proyek prioritas.

Realisasi cable car dari PT PP juga diprediksi masih lama. Seharusnya tahun lalu semua suku cadangnya didatangkan di Surabaya. Sebanyak 20 unit kereta gantung masih berada di Tiongkok. 

Unit yang sudah dipesan itu sampai sekarang belum sampai ke Surabaya. Dulu, mereka beralasan bahwa Tiongkok sedang lockdown. Barang tak mungkin di kirim.

Sudah lama keran perdagangan Tiongkok dibuka. Bahkan mendahului negara-negara lainnya. “Sepertinya PT PP juga terkendala anggaran, makanya sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” lanjut Iman.

Bisnis properti kena imbas besar pandemi. Proyek apartemen PT PP di sisi selatan Jembatan Suramadu juga belum dilanjutkan. Otomatis penjualan belum bisa dilakukan. 

Selain itu PT PP juga memiliki proyek di Grand Sungkono Lagoon, Grand Darmo Lagoon, hingga Grand Samaya di Embong Wungu. Iman menduga, penjualan mereka lesu. Karena itulah proyek cable car tidak dilanjutkan meskipun pondasi tiang pancangnya sudah dikerjakan di dekat Suramadu. 

Jalan tembus yang biasa dilalui pengunjung menuju kawasan Benteng Kedung Cowek.
(Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Awalnya, pengembangan Kedung Cowek memang bergantung pada keberadaan cable car. Namun, Iman menegaskan pemkot tidak mungkin menunggu proyek itu jadi untuk pengembangan selanjutnya. 

Benteng Kedung Cowek bisa dikerjakan lebih dahulu. Pemkot sudah berkomunikasi dengan Kodam V Brawijaya. “Kita masih cari kompensasi yang pas. Salah satu opsinya menyediakan lahan untuk rumah dinas tentara,” lanjut Iman.

Kompensasi serupa sudah dilakukan di Sidoarjo. TNI AL yang memiliki lahan di Bundaran Aloha merelakan tanahnya dipakai untuk proyek Flyover Aloha. 

Pemkab Sidoarjo melakukan tukar guling. Aset pemda diserahkan ke TNI AL untuk rumah keluarga Prajurit KRI Nanggala yang gugur saat bertugas di Selat Bali. “Tapi untuk Kedung Cowek, sifatnya masih usul.” kata pria yang hobi gowes itu. (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: