Denim Kolaborasi Indonesia-Belanda, Tak Bikin Capek di Kaki

Denim Kolaborasi Indonesia-Belanda, Tak Bikin Capek di Kaki

Industri denim di Indonesia didukung beberapa institusi kreatif. Mereka rata-rata berasal dari penggiat kultur jeans yang melalui proses pewarnaan manual tersebut. Satu di antaranya Blue State Denim.

Brand ini sudah merilis celana edisi khusus berkolaborasi dengan merek dari Belanda Produk tersebut dinamai Blue States Denim x Robin Denim – Indigo Collaboration.

Jason Widjaya, pemilik Blue States Denim, bilang bahwa produknya kali ini terbilang spesial dari yang pernah dibuat. Karena memaknai kolaborasi kedua belah pihak untuk pertama kalinya.

Potongan dibuat mengikuti postur kaki. Menandakan seri ini dibuat mengikuti kaidah denim modern. (Hans Jellema untuk Harian Disway)

”Saya bertemu Robin Meijerink (pemilik Robin Denim) pada Desember 2018 saat gelaran Wall of Fades. Ia menceritakan kekagumannya pada animo denim di Indonesia dari event tersebut. Sejak itu kami jadi sering ngobrol setelah itu sampai akhirnya muncul wacana untuk bikin produk bareng,” katanya.

Yang jadi lebih menarik adalah keduanya belum pernah sekali pun berkolaborasi dengan pihak mana pun sebelumnya. Kecocokan dan kesamaan passion di bidang yang sama pada akhirnya bikin Jason dan Robin mencoba memulai langkah baru untuk brand masing-masing.

Karena ini produk perdana, maka mereka punya standar tersendiri. Sekaligus untuk mengenalkan brand masing-masing. Proses diskusi dan berbagi ide berjalan berbulan-bulan. Termasuk membuat sampel produk yang tepat. Hingga jadilah sebuah produk yang dilepas ke publik.

Selvedge (diambil dari kata self-edge) merupakan jenis celana jeans yang memiliki proses pembuatan kain berbeda. (Hans Jellema untuk Harian Disway)

Jeans kolaborasi Blue States Denim Co. x Robin Denim terbuat dari 16,8 ons. selvedge denim. Bahannya dibuat khusus untuk kolaborasi. Kainnya ditenun pengrajin terampil dari pabrik denim terkenal di Indonesia. Terbuat dari 100 persen katun sehingga nyaman dipakai dalam jangka waktu lama.

”Benang lusi sebagai bahan dasar dicelup ke pewarna indigo dengan teknik rope dye. Cara ini menghasilkan warna indigo natural yang sangat tebal. Sehingga bagus bagi siapa saja yang suka bikin fading pada pakaian berbahan denim miliknya,” imbuh pria 24 tahun tersebut.

Istilah selvedge (diambil dari self-edge) sendiri merujuk pada tepi kain berwarna putih dengan ornamen benang tambahan berwarna tertentu. Proses semacam ini biasanya menjadi ciri bahwa denim tersebut dibuat secara manual. Tidak mengalami proses jahitan obras seperti kebanyakan kain.

Teknik selvedge tidak bisa dilakukan oleh sembarang mesin tenun kain era modern. Pembuatan biasanya menggunakan mesin tenun denim klasik yang usianya bisa sampai 70 tahun. Proses produksi yang sulit dan lama itu membuat selvedge denim dihargai lebih tinggi dari celana jeans pada umumnya.

Tenunan dibikin lebih rapi dan punya ketahanan lebih lama. (Hans Jellema untuk Harian Disway)

Bagian selvedge tersebut lalu dijadikan sebagai penanda identitas. Jason meletakkan benang berwarna merah dan biru pada tepi kain sebagai referensi untuk bendera nasional Indonesia dan Belanda. Kemudian dijadikan sebagai pinggiran pada jahitan sisi luar sekaligus ornamen pada kantong kecil di dalam saku kanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: