Produk Decky Sastra Dipakai Jokowi
Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kalimat tersebut rasanya cocok disematkan kepada Decky Sastra. Ia-lah ilustrator sekaligus pemilik lini busana Rawtype Riot.
Merek tersebut merupakan busana yang lekat dengan kultur modifikasi motor. Hal itu ditunjukkan dengan konsumen yang rata-rata punya kendaraan roda dua unik. Sifat semacam itu disokong pula dengan hobi Decky yang suka dengan restorasi kendaraan lawas.
Pria kelahiran Bandung, 5 Mei 1988, tersebut meraih kesuksesan setelah salah satu jaketnya dipakai Presiden Joko Widodo pada 2019. Momen tersebut bertepatan dengan ketika pria nomor satu di Indonesia itu sedang ramai memperlihatkan ketertarikan pada motor kustomisasi. Gara-gara itu, merek pakaian miliknya jadi viral dan dilirik banyak kalangan.
Kerennya Presiden Joko Widodo saat memakai salah satu jaket bikinan Decky Sastra. Foto diambil pada 2019. (Decky Sastra untuk Harian Disway)
Saat mendirikan Rawtype Riot empat tahun yang lalu, Decky memiliki ide untuk menampilkan konsep desain yang artistik. Sebagian besar temanya berasal dari era Perang Dunia II yang masih bisa diaplikasikan pada era sekarang.
”Pada era tersebut cakupan desain pakaian berakar dari kultur perang dan naik daunnya tren motor. Jadi kalau sekarang modelnya lebih ke klasik. saya menambahkan pada sisi desain yang raw dan mendetail. Namun tetap orisinil dan artistik,” katanya.
Menurut Decky, pemilihan nama Rawtype Riot enggak lepas dari genre desain yang diusungnya. Pria yang sudah lebih dari 10 tahun menekuni bidang desain dan clothing ini memiliki ketertarikan terhadap typography sekaligus lettering dengan nuansa vintage seiring dengan berkembangnya kultur kustomisasi kendaraan.
Jadi rawtype versi Decky dapat didefinisikan sebagai jenis gambar yang terkesan lusuh, cracky, dan enggak beraturan alias keluar dari pakem desain. Secara filosofi digambarkan sebagai sesuatu yang ”di luar semestinya”. Tapi masih bisa dinikmati secara visual maupun komunikasi. Ia ingin membuat trademark-nya sendiri melalui Rawtype Riot.
Mengawali bisnis dengan dua orang, kini Rawtype Riot memiliki tim yang jumlahnya 20-an orang. (Decky Sastra untuk Harian Disway)
”Saya memulainya dengan cara yang sangat sederhana. Modalnya Rp8 juta. Bikin empat desain pakaian dan dua jenis jaket. Masing-masing diproduksi dua lusin. Tidak menyangka semua produk terjual habis dalam waktu singkat. Sejak itu saya putuskan untuk rutin bikin produk. Ya setidaknya tiga bulan sekali,” cerita Decky.
Sejak itu, Decky selalu berfokus dengan membuat produk eksklusif. Dengan mengedepankan detail serta kualitas mumpuni. Ia berprinsip bahwa Rawtype Riot merupakan brand yang mengejar kualitas. Bukan kuantitas. Wajar bila kemudian harganya cukup tinggi dengan jumlah yang sangat sedikit setiap mengeluarkan koleksi.
Jauh sebelum itu, Decky menceritakan kisah dirinya sebagai seorang yang kurang beruntung dan tidak mudah. Kesulitan hidup ia hadapi sejak kecil, terutama saat orang tuanya berpisah. Ia bersama sang ibu, Ike Sartika, harus pindah ke rumah neneknya yang sudah tak ditempati. ”Tidur di tikar. Tak ada listrik, jadinya cuma pakai lilin,” kenangnya.
Bisa mempekerjakan orang lain merupakan salah satu mimpi Decky Sastra saat masih merintis bisnisnya. (Decky Sastra untuk Harian Disway)
Agar bisa melanjutkan sekolah ke SMA, saat SMP ia membantu ibundanya yang menjahit pakaian Muslim. Ia ikut menjual baju Muslim atau berbisnis apa pun. Sembari belajar menggambar dan membuka jasa desain kecil-kecilan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: