Membatik di atas Rice Paper bersama B.G. Fabiola Natasha
Membatik dapat dilakukan dengan berbagai macam media. B.G. Fabiola Natasha mengajarkannya di atas rice paper. Seperti apa teniknya?
Yang diajarkan Fabiola di tengah ramainya ajang pameran batik di Grand City Mall Surabaya kali ini benar-benar berbeda. Media yang dimanfaatkan bukan dengan kain, atau kayu misalnya. Melainkan rice paper.
”Kertas itu namanya xuan paper. Seperti namanya kertasnya memang terbuat dari olahan beras,” terang Fabiola saat menjadi mentor Workshop On Stage: Batik On Rice Paper di arena Batik Fashion Fair.
Apa sih asyiknya menggunakan rice paper? Menurut Fabiola, kertas tersebut sifatnya lentur dan memiliki daya serap yang baik. Sehingga dapat menonjolkan warnanya. ”Ada efek pembiasan yang enggak ditemui di media lain,” ungkapnya.
Kelenturan dan daya serapnya berasal dari paduan antara bahan beras dan kapas untuk membentuk kertas. Bahkan saat memasuki metode pembasahan, kertas tersebut tak hancur bila terkena air. Berbeda dengan kertas jenis lainnya.
Telatennya B.G. Fabiola memberikan arahan pada dua peserta yang memilih mengikuti workshop secara offline yaitu Sri Indarti dan Sari Poetronegoro. (Guruh Dimas Nugraha/Harian Disway)
Dengan media yang menarik itu peserta workshop yang hadir secara online dan offline tampak antusias. Setidaknya Sri Indarti dan Sari Poetronegoro yang memilih hadir secara offline.
Di hadapannya telah siap selembar rice paper serta wadah untuk wax atau malam. Mengikuti saran Fabioa, warna yang digunakan Chinese painting atau tinta China yang jenis warnanyamemiliki sifat agak serupa dengan cat air.
Namun ketika diguratkan di atas kertas, hasilnya tidak begitu transparan seperti cat air. Lebih tebal dan memberikan efek bias yang lebih maksimal.
”Kalau cat air tidak bisa digunakan untuk membatik di atas rice paper. Hasilnya terlalu transparan. Alternatif lainnya adalah cat gouache yang juga water base. Tapi hasil yang paling baik ya menggunakan Chinese painting,” terang Fabiola.
Dengan perlahan, semua mengikuti langkah-langkah yang dicontohkan seniman Surabaya. Pertama, Fabiola menuntun semua untuk membuat sketsa dengan menggunakan pensil dan tidak boleh terlalu tebal. Sri dan Sari kebetulan memilih objek ikan. Setelah sketsa selesai, Fabiola memberikan wax atau malam.
Alat yang digunakan tetap canting seperti membatik biasa. ”Jika tidak memiliki canting, kita dapat juga menggunakan kuas kecil dan tusuk gigi. Nah kalau menggunakan canting harus hati-hati,” ujar perempuan yang juga piawai memotret itu.
Sebab jika tak hati-hati, tekstur permukaan kertas beras yang memiliki serat-serat halus dapat menutupi lubang canting. ”Kalau sudah buntu, cantingnya harus dipanaskan atau ditusuk dengan jarum,” ungkapnya.
Semua dibimbing mengguratkan wax pada kontur objeknya masing-masing. Di hadapan semua peserta, perempuan yang juga dosen itu mempraktikkannya dengan perlahan. Terutama untuk yang mengikuti secara daring.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: