Air Terjun dalam Suhu Minus Tujuh Derajat

Air Terjun dalam Suhu Minus Tujuh Derajat

Deras air terjun Montmorency menimbulkan suara menggema, percikannya sampai ke tepi tebing. Destinasi wisata yang terdapat di Old Quebec itu tak pernah sepi pengunjung.

DI suhu minus tujuh derajat Celsius, aliran air Montmorency masih deras. Puncak musim salju nanti, ia akan memadat. Beku hingga mampu mencapai ketebalan 1-2 meter. 

November inilah waktu yang pas untuk datang ke Montmorency Fall. Sebab titik beku air terjun itu terjadi pada Bulan Januari-Februari. Kala itu, suhunya bisa mencapai minus tiga puluh derajat. 

Bila ke sana pada bulan-bulan itu, pakaian tebal dobel-dobel yang dikenakan tak cukup melawan dingin menusuk tulang. Mungkin aku hanya betah bertahan di suhu dingin seperti itu cuma selama setengah jam.

Saat itu aku bersama kawanku, Wisnu Aji Setyo Wicaksono, yang bekerja di KJRI Ottawa. Ia sudah bisa senyum meski agak muram karena secuil masalah.

Bersandar pada pegangan jembatan yang berada tepat di atas Montmorency, ia mengeluarkan perangkat fotografinya. Kamera canggihnya itu seolah mampu membidik jauh sampai ke Yogyakarta. Eh, tidak, sampai ke bawah. Bahkan kameranya itu dapat memotret dengan detail percikan air yang membentur bebatuan sungai.

Perjalananku bermula dari Ottawa. Tepatnya 25 November. Sebelumnya, aku memang ingin mengajak Wisnu jalan-jalan untuk menyegarkan pikiran. Karena berkali-kali ia mengeluh. Katanya, ada problem pelik.

Menurutku, alam dan pemandangannya merupakan obat terbaik yang mampu meredakan bludrek. Maka aku menawarkan Quebec City dan Montmorency. Ia setuju.

Kami berdua berangkat pukul delapan pagi. Memilih naik kereta menuju Quebec City. Sebenarnya, baik naik kereta maupun naik mobil dari Ottawa ke Old Quebec jaraknya sama. Sama-sama ditempuh lima jam. Tapi naik kereta bisa membuat kami lebih santai dan rileks.

Kubiarkan Wisnu duduk di dekat jendela kereta. Dengan melihat pemandangan pegunungan dan gedung-gedung sepanjang perjalanan, ia bisa sedikit melupakan beban. 

Kereta melesat dan cahaya memunculkan impresi lewat jendela. Wisnu berkali-kali membuka media sosial. Memandang foto anak gadisnya yang piawai bermain wushu, juga istrinya. Sekian tahun bekerja di Toronto, ia pasti rindu keluarganya di Yogyakarta.

Kami datang ke stasiun Quebec City sekitar pukul satu siang. Kota tersebut sedang berhias menyambut Natal. Beberapa orang mendirikan hiasan-hiasan serta pohon-pohon Natal. Memang Quebec City dikenal sebagai “Kota Romantis”. Bulan Desember ini, romantisme kota kecil itu adalah romantisme Natal. 

Dari Quebec City, kami berjalan selama 15 menit menuju Old Quebec. Sebenarnya telah begitu dekat dengan Montmorency Fall. Tapi di Kanada, di bawah pukul tiga sore, tempat wisata di mana pun telah sepi pengunjung. Jam 5 sore di sini sudah gelap. Apalagi sedang turun salju.

Kami menginap sehari di sebuah hotel di Old Quebec. Oh ya, Old Quebec merupakan kawasan heritage di Provinsi Quebec, Kanada. Banyak bangunan tua yang arsitekturnya masih asli. Jalanan kota itu pun masih berbahan keramik lawas yang terawat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: