Air Terjun dalam Suhu Minus Tujuh Derajat
Tapi kami hanya punya waktu dua hari di Old Quebec. Terlebih kota itu masih proses berhias. Mungkin beberapa hari sebelum Natal kami akan kemari lagi.
Perjalanan Eko Prasetyo (kiri) dan Wisnu Aji Setyo Wicaksono sangat mengasyikkan.
Menjelang pukul lima, kami tiba-tiba ingat bahwa senja adalah momen yang paling menarik di Old Quebec. Apalagi di Montmorency. Aku dan Wisnu berlari kecil keluar hotel demi mengejar momen matahari terbenam. Sayang, tak keburu. Sang surya sudah lelap ditelan cakrawala. Hanya menyisakan secercah jingga bercampur abu-abu, sedikit memunculkan warna hijau akibat bias cahaya langit musim salju.
Esoknya, pagi-pagi betul aku dan Wisnu berangkat ke Montmorency. Menyewa mobil. Old Quebec adalah kota yang terletak di atas perbukitan. Sedangkan Montmorency berada di bawah. Kami pun menuruni jalan yang berliku-liku, melewati gedung-gedung tua. Kurang lebih setengah jam, kami sampai di pintu masuk Montmorency. Gemuruh airnya terdengar sangat jelas.
Terdapat jembatan kayu yang kokoh di atas sungai yang mengalir menjadi air terjun. Kami berjalan di jembatan tersebut. Ada petugas setempat yang berkeliling ke sepanjang tempat wisata dan sesekali memeriksa kondisi jembatan. Setiap hari mereka rutin melakukannya, meski sudah pasti aman dan kuat.
Melihat ke arah bawah, aliran air Montmorency begitu deras. Mengalir dan tumpah ke bawah, mengalir kembali mengisi sungai-sungai di Provinsi Quebec. Titik-titik salju mengambang, namun belum mampu membekukan air tersebut. Di samping kanan-kiri adalah tebing yang ditumbuhi pohon cemara dan pohon maple. Hanya dua pohon itu yang dapat tumbuh di lokasi. Keduanya mampu bertahan di segala musim.
Orang Kanada dikenal sebagai penghasil sirup maple. Getahnya manis. Biasanya disuling kemudian dijadikan bahan minuman. Kami berdua sempat berfoto di atas jembatan. Wisnu terlihat membidik beberapa sudut dengan kameranya. Ia memang sedang belajar menapaki karier sebagai fotografer profesional.
Setelah melalui jembatan, terdapat jalan menurun ke bawah. Lantainya terbuat dari kayu. Di ketinggian, angin berembus sangat kencang. Udara dingin musim salju memaksaku untuk mengenakan sarung tangan. Tak jauh dari tempat kami terdapat fasilitas gondola. Apabila pengunjung ingin menyaksikan air terjun Montmorency dari atas dengan sensasi seakan terbang, bisa naik gondola tersebut.
Jika terus turun, kami dapat sampai lebih dekat dengan posisi air terjun. Sama dengan perhentian gondola. Di sana, sebelum pandemi dibuka food court dan beberapa gerai suvenir. Namun hingga saat ini belum dibuka. Padahal pandemi telah berangsur turun. Mungkin pemerintah setempat masih waspada terhadap segala kemungkinan. Atau, bisa saja belum buka karena imbas turunnya ekonomi karena pandemi silam. Memang virus Covid-19 sangat berdampak pada industri pariwisata.
Kami menyaksikan keelokan Montmorency Fall. Air terjun yang lebar dan sangat besar. Beribu-ribu liter air turun dan membuncah ke bawah setiap harinya, dan baru membeku pada Januari-Februari. Kami menikmatinya hingga sore hari. Pukul empat, kami kembali ke hotel dan bersepakat, Desember akan datang lagi, melihat keelokan Old Quebec, sirop maple dan tradisi berhias jelang Natal. (Diolah oleh Guruh Dimas Nugraha)
JEMBATAN KAYU yang terlihat kukuh di bawah awan akhir tahun yang elok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: