Berempat Selamat di Kamar Mandi

Berempat Selamat di Kamar Mandi

PUKUL 15.00, Sugeng Setiono lari keluar dari warungnya di dekat Jembatan Gladak Perak, kawasan Piket Nol. Ada suara bergrmuruh. Ia melihat puncak Mahameru sudah tak terlihat. Kabut begitu tebal. Dari kejauhan, seberkas cahaya menghampirinya.

”Tolong Pak!” kata seorang pria dari atas sepeda motor bebeknya. Ia berdua. Berboncengan. Tangannya melepuh. Sekujur tubuhnya dipenuhi abu vulkanik. Sugeng segera mempersilakan mereka masuk untuk berlindung.

Sugeng juga bingung. Ia tak pernah melihat Semeru seperti itu. Begitu juga dengan ayahnya, Agus Manuli, yang juga punya warung di seberang warung Sugeng. Hujan abu semakin deras mengguyur. Mereka tak punya waktu. Nyawa sudah di ujung tanduk.

”Ayo nang jeding ae (ayo ke kamar mandi saja, Red),” ajak Sugeng. Mereka berempat berlindung di kamar mandi selama dua jam. Saat itu abu vulkanik menghajar warung Sugeng. Semua selamat. Kecuali Siti, pegawai Sugeng.

Siti enggan bergabung dengan para pria yang berlindung di kamar mandi. Dia memutuskan pulang. Setelah semburan abu vulkanik reda, Siti ditemukan tewas di dekat warung. (Salman Muhiddin)

H

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: