Di Rumah pun Tetap Bisa Bermain Tanpa Gawai

Di Rumah pun Tetap Bisa Bermain Tanpa Gawai

SELAMA pandemi, semua disarankan berada di rumah. Orang tua harus memutar otak agar anak tidak bosan dan rewel. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya ialah menawarkan ide permainan tradisional untuk si kecil.

Ide itu mungkin terdengar cukup ribet. Terlebih bagi orang tua ”zaman now” yang sudah terbiasa memberikan gadget alias gawai kepada buah hati. Padahal, dalam banyak penelitian, penggunaan alat elektronik oleh anak-anak dapat mengganggu perkembangan bicara dan bahasa. Biasa dikenal dengan speech delay.

Karena itu, para orang tua disarankan mengajarkan permainan tradisional. Itu pula yang dilakukan Achmad Irfandi dalam mengembangkan Kampung Lali Gadget.

Banyak anak-anak yang mulai tak mengenali permainan tradisional. Mereka telanjur tenggelam dalam keasyikan gadget. ”Padahal, banyak permainan yang sarat makna, kaya unsur imajinasi, membantu kerja sama, membentuk kepedulian sosial, dan berpengaruh terhadap kecerdasan anak,” kata pria yang akrab disapa Irfan itu.

Ia menceritakan, dulu ada sejumlah permainan yang dilakukan dengan alasan tertentu. Termasuk mengikuti waktu. Ada permainan khusus pagi, siang, sore, atau malam. Juga, mengikuti hari besar seperti panen.

Setiap suku dan etnis biasanya punya bentuk dan sistem permainan sendiri-sendiri. Dari sana, ia menyimpulkan bahwa permainan tradisional bisa dijadikan sebagai warisan budaya.

”Yang masuk kategori permainan tradisional adalah yang dulu pernah dimainkan orang-orang tua dan sesepuh. Jadi, kami mendalaminya ke mereka. Termasuk mengkreasi gerakan-gerakan yang ternyata meningkatkan saraf motorik,” imbuh lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya tersebut.

Permainan tradisional tersebut juga dinilai memudahkan anak-anak belajar pendidikan karakter. Mereka dapat memahami kekuatan diri, teman, atau orang lain.

Juga, menghormati perbedaan serta membuka filosofi konsep kesadaran yang memiliki tiga aspek. Pertama, sadar alam. Artinya, hampir semua permainan tradisional bersahabat dengan alam. Misalnya, batu, pasir, tanah, air, daun, rerumputan, api, hingga angin.

Kedua, sadar kreasi. Itu berarti, sumber daya yang tersedia dikreasikan dalam bentuk permainan. Secara topografis, permainan tradisional memiliki keunikan tersendiri, bergantung kondisi sekitarnya.

Aspek ketiga adalah sadar hukum. Sebab, ketika sudah mengenal permainan tradisional, anak-anak sudah bisa membuat konsensus.

 

Permainan Tradisional Mudah untuk di Rumah

Semenjak pandemi, ia merasakan keresahan orang tua selama anak-anak di rumah. Tugas mereka makin sulit saat mengetahui bahwa gawai dapat memberikan dampak negatif apabila dipakai berlebihan dan tanpa bimbingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: