Siapkan Rp 100 Miliar untuk Jembatan Gladak Perak Baru

Siapkan Rp 100 Miliar untuk Jembatan Gladak Perak Baru

AMBRUKNYA Jembatan Gladak Perak di Piket Nol langsung memutus akses Lumajang-Malang jalur Selatan. Aktivitas ekonomi warga yang biasa memakai jalur itu lumpuh total. Atau terpaksa bisa mengeluarkan ongkos lebih mahal. Yakni melalui dua kabupaten sekaligus: Probolinggo dan Pasuruan.

Presiden Joko Widodo tak mau hal itu terjadi lebih lama. Konektivitas harus terus berlangsung. Gladak Perak harus segera dibangun kembali. ”Ini kita lihat rencana perbaikan infrastruktur akibat letusan Semeru,” ujarnya saat meninjau Gladak Perak siang, kemarin (7/12).

Pembangunan jembatan itu baru bisa dikerjakan begitu keadaan mulai membaik. Untuk itu, ia meminta agar dibangun jalur alternatif sementara. Setidaknya untuk lalu lalang warga sekitar sehari-hari. ”Kami berharap kalau sudah reda, perbaikan infrastruktur bisa disegerakan,” katanya.

Hal itu langsung ditanggapi oleh Kementerian PUPR. Saat ini sedang dalam proses pengerjaan jalur alternatif ke Selatan. Pengerjaan awal sepanjang dua kilometer. Ditangani oleh Pemkab Lumajang. Nantinya, bakal disambung sepanjang tujuh kilometer oleh Kementerian PUPR.

PRESIDEN Jokowi membagikan makanan dan susu di tenda pengungsi di kawasan Semeru. (Foto: Setpres) 

Jalur itu dibangun dari sisi Barat Kecamatan Candipuro hingga Kecamatan Pronojiwo. Namun, jalur tersebut tidak boleh dilalui oleh kendaraan logistik berat. ”Kita siapkan alternatif itu sambil menunggu pengerjaan jembatan permanen,” kata Dirjen Bina Marga Hedy Rahadian saat mendampingi Presiden Joko Widodo, kemarin.

Selain itu, jalur alternatif lain juga disediakan. Yaitu membangun jembatan gantung. Perkiraan lokasinya di dekat Gladak Perak. Namun, kapasitas jembatan gantung hanya bisa untuk pengendara motor dan pejalan kaki. Kendaraan roda empat dikhususkan untuk yang darurat seperti ambulans.

Sebelumnya, Direktur Pembangunan Jembatan Yudha Handita memperkirakan rekonstruksi permanen Gladak Perak memakan waktu dua tahun. Karena ada kemungkinan dibangun di lokasi yang berbeda. Juga mempertimbangkan panjang jembatan tersebut.

Perkiraan waktu penyelesaian itu berubah. Tentu setelah dilakukan survei dan penelitian lebih lanjut. Gladak Perak diputuskan untuk dibangun di lokasi yang sama. Titik tersebut dinilai relatif aman. ”Jadi hanya butuh waktu sekitar satu tahun sebetulnya,” jelas Hedy.

Konstruksi bangunan akan dikerjakan secara terbalik. Teknik fondasi di bawah yang semula tidak akan dipakai lagi. Sebab, itu penyebab utama runtuhnya Gladak Perak. Tak kuat menahan hantaman abu vulkanik.

”Kita gak akan menggunakan bangunan fondasi seperti di bawah. Tapi, kita akan gunakan teknik pelengkung ke atas. Biar relatif aman,” paparnya. Ia memperkirakan rekonstruksi Gladak Perak dimulai tahun depan. Menghabiskan dana sekitar Rp 75 miliar. Sementara untuk pembangunan jalur alternatif dan jembatan gantung bisa mencapai Rp 25 miliar. ”Total kira-kira seratus miliar untuk akses Lumajang ke Malang ini,” ungkapnya.

Tidak hanya Glada Perak yang menjadi fokus pembangunan infrastruktur. Presiden Joko Widodo juga meminta agar relokasi rumah terdampak erupsi juga dipercepat. Tercatat sekitar 2.072 rumah yang butuh direlokasi. ”Ya, tugas kita mendukung masa kedaruratan ini. Masalah permukiman menunggu tempat relokasi yang tersedia,” kata Hedy.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menjelaskan, relokasi bakal dikhususkan untuk daerah yang terdampak secara langsung. Misalnya, rumah yang tertimbun guguran awan panas. Juga beberapa area yang dikhawatirkan terancam susulan guguran awan panas.

Tempat relokasi sudah disediakan di Desa Sumberwuluh. Tepatnya di kawasan Jatian milik Perhutani. Kawasan itu dinilai relatif aman karena jauh dari jalur lahar dingin. ”Kampung Renteng secara total akan direlokasi ke sana,” ungkapnya.

Desa Supiturang di Kecamatan Pronojiwo juga mendesak untuk direlokasi. Sebab, desa tersebut berdempetan dengan jalur lahar dingin. Identifikasi relokasi masih terus dilakukan. Agar sebisa mungkin tidak ada pemukiman warga di sekitar aliran lahar Semeru. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: