Sebelas Juta Orang Traveling Akhir Tahun  

Sebelas Juta Orang Traveling Akhir Tahun   

SURVEI terbaru dikeluarkan Kementerian Perhubungan. Prediksinya, 11 juta orang akan melakukan perjalanan saat libur Natal dan tahun baru. Survei dilakukan selama tiga bulan. Yakni, Oktober, November, dan Desember 2021.

”Survei dilakukan setelah pembatalan PPKM level 3 serentak,” kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati saat konferensi pers virtual Kamis (9/12) malam. 

Ada sekitar 49 ribu responden yang ikut. Mayoritas responden dari wilayah Jawa dan Bali.

Hasil survei tersebut, kata Adita, menunjukkan satu hal. Bahwa pembatalan PPKM level 3 itu memunculkan potensi mobilitas yang luar biasa. Sebesar 7,1 persen dari jumlah penduduk bakal melakukan pergerakan. Khusus wilayah Jabodetabek, potensi mobilitas mencapai 2,3 juta orang.

Lalu, bagaimana dengan Jawa Timur?

Jubir Satgas Covid-19 Jatim Makhyan Jibril mengatakan, 3–4 juta orang melakukan perjalanan di Jatim pada akhir tahun. Satgas gabungan melakukan antisipasi. Sebanyak 14 ribu personel TNI-Polri bakal diturunkan ke lapangan. Yakni, untuk pengamanan sekaligus operasi yustisi pengetatan prokes.

”Selain itu, bakal ada 216 posko pengecekan prokes di beberapa titik,” katanya.

Semua langkah antisipasi itu dilakukan untuk mencegah lonjakan kasus. Termasuk masuknya varian baru. Sebab, sepanjang ada penularan, virus sangat berpotensi untuk bermutasi.

Mobilitas masyarakat Jatim diperkirakan sangat tinggi. Mengingat, wilayah yang masuk level 1 juga sudah banyak. Bahkan, diperkirakan menjadi 23 wilayah saat diterbitkan instruksi Mendagri mendatang. ”Jadi, harus benar-benar waspada,” kata Jibril.

Sementara itu, epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo angkat bicara soal mobilitas masyarakat. Langkah antisipasi terhadap lonjakan kasus harus segera dilaksanakan bersama-sama. Sudah saatnya upaya surveilans faktor dan risiko harus berbasis pada masyarakat.

Artinya, masyarakat ikut melihat, mengawasi, dan mengontrol kegiatannya sendiri. Misalnya, apabila ada pelanggaran terhadap prokes di sekitarnya. Terutama di kegiatan-kegiatan tertentu. Maka, harus segera dilaporkan kepada Satgas Covid-19.

”Jadi, harus berani lapor. Tidak boleh ditutup-tutupi,” katanya. Penerapan prokes yang buruk bakal berakibat pada naiknya kasus. Masyarakat harus berani lapor. Agar satgas juga terbantu menemukan penyebab dari membesarnya risiko penularan.

Dengan demikian, upaya pencegahan bisa segera dilakukan. Windhu juga menyarankan agar kegiatan yang mengundang kerumunan ditiadakan sementara. Sebab, itu sangat berpotensi terjadinya pelanggaran prokes. ”Kalau kasus naik. Ongkosnya terlalu mahal. Seperti gelombang kedua yang lalu. Jangan sampai terulang,” ungkapnya.

Ia juga menyarankan agar tetap waspada terhadap munculnya varian baru. Mutasi virus bisa terjadi di mana-mana. Tidak hanya di luar negeri. Tetapi, juga dalam negeri melalui transmisi lokal. ”Antisipasinya harus meningkatkan testing dan whole genome sequencing,” tandasnya. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: