Jangan Tertidur, Jangan Tutup Matamu…!
Truk gede itu berisi lebih dari 100 orang imigran gelap. Seluruhnya dari negeri-negeri di Amerika Tengah. Utamanya Guatemala. Mereka menuju utara, berharap sampai di negeri impian: Amerika Serikat. Tetapi yang terjadi adalah petaka. Truk itu terbalik. Hingga Jumat (10/12) malam WIB, 53 orang tewas.
KATA-kata yang didengar Sabina Lopez, warga Tuxtla Gutierrez, kota di negara bagian Chiapas, kawasan selatan Meksiko, kemarin petang WIB, itu sungguh memiriskan. Bikin sedih. Bikin menangis.
’’Jangan tertidur. Jangan tutup matamu!’’ teriak seorang penyintas kecelakaan kepada kawannya yang nyaris terpejam. Menutup mata untuk selamanya. Entah apakah si kawan itu akhirnya selamat. Atau justru berpulang ke keabadian.
Di sisi yang lain, seorang lelaki menangis sejadi-jadinya di sisi kawannya yang nyawanya nyaris putus. ’’Ayo bertahan. Ingat janjimu kepada ibumu…!”
Pada Jumat dini hari waktu setempat itu, Lopez melihat pemandangan yang tidak akan dilupakannya seumur hidup. Perempuan 18 tahun itu menyaksikan orang bergelimpangan. Sebagian tertatih-tatih bangkit mencari pertolongan. Sebagian lagi tergeletak tak bergerak lagi. Di beberapa sudut, para korban berpelukan sambil menangis. Antara bersyukur bisa selamat atau sedih karena kawan dan kerabatnya berpulang.
’’Mendengar tangisan mereka sungguh sangat miris. Yang saya pikir hanya cara menolong mereka,’’ ucap Lopez seperti dikutip Agence France-Presse.
Truk itu berisi 105 orang. 83 pria. 22 adalah wanita. Mereka pergi dari Guatemala yang dilanda krisis ekonomi sejak beberapa tahun lalu. Tujuannya tentu negeri makmur di utara: Amerika Serikat. Negeri yang mendaku sebagai kampiun demokrasi dunia, tempat segala mimpi indah bisa dicapai.
Lopez mengatakan bahwa truk itu menabrak tembok. Lalu terbalik. Boks besar yang dibawanya terguling tidak keruan. Atapnya terbuka. Membuat isinya berhamburan.
Jenazah korban yang dikumpulkan di tepi jalan.
(Foto: ASSOCIATED PRESS)
Warga yang lain juga bersaksi bahwa truk tersebut ngebut untuk menghindari pemeriksaan di pos polisi.
Lopez dan beberapa warga lalu diminta membantu petugas imigrasi mengumpulkan ransel para korban. ’’Jadi, saya kumpulkan tas itu di tepi jalan. Petugas-petugas itu langsung pergi sambil membawa dokumen-dokumen di dalamnya,’’ cerita Lopes.
‘’Kami turun tangan membantu paramedis menolong orang-orang yang masih hidup,’’ ucap Isaias Diaz yang datang seperempat jam setelah kecelakaan itu. Ia melihat 5-6 anak yang kondisinya mengenaskan. Kaki dan rusuk mereka patah. Kepala terluka. Goresan-goresan memenuhi tubuh.
Seorang warga menyaksikan bahwa sopir dan seorang lagi terluka. Tetapi mereka lari.
Jalanan itu memang kerap dilalui penyelundup manusia. Tujuan mereka adalah Meksiko utara yang berbatasan langsung dengan AS. (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: