Agar Karya Bersahaja Itu tetap Lestari

Agar Karya Bersahaja Itu tetap Lestari

Gresik pernah punya Masmundari, seniman lukis damar kurung yang legendaris. Meski telah tiada 15 tahun silam, karya-karya Masmundari tetap abadi. Karya itu tetap bisa dinikmati melalui Museum Virtual Masmundari yang dirilis pada 27 November.

NAMANYA damar kurung. Sesuai namanya, ia adalah kurungan pada damar (lampu). Bahasa kerennya: kap lampu.

Pada kertas bujur sangkar yang melingkupi cahaya itulah para seniman berkreasi. Mereka menggambari kurungan itu sehingga tampak warna-warni tatkala terkena pendar cahaya. Konon, lukisan damar kurung khas Gresik sudah berkembang sejak abad ke-16.

Nah, pada wahana itulah Masmundari berkarya. Perempuan kelahiran 1904 di Kelurahan Kroman, Kecamatan Gresik, itu dikenal karena karyanya yang bersahaja. Goresannya tegas. Warna-warnanya menyala. Seperti lukisan anak-anak.

Lukisan Masmundari khas dengan gaya ekspresionis. Dia melukis apa pun yang disenanginya. Kebanyakan adalah kehidupan sehari-hari yang dilihat dan dirasakannya. Mulai orang naik becak, kesibukan di pasar, dan sebagainya.

Masmundari dan ketiga adiknya, Masriatun, Masehi, dan Masmunindri, memang lahir dari keluarga seniman. Bapaknya adalah Sadiman yang bergelar Ki Dalang Sinom. Sedangkan pamannya, Ki Untung, adalah pelukis dan pembuat damar kurung.

Di keluarga besar itu ada Ki Dalang Joko dan Ki Dalang Sokran. Ki Dalang Joko cukup kondang. Sering menggelar acara sedekah laut. Kadang juga tampil pada hajatan warga.

Selain menjadi dalang dan pembuat damar kurung, Ki Dalang Sinom, juga nelayan. Ibunda Masmundari juga terlibat dalam pengolahan dan penjualan hasil laut.

Kehidupan itulah yang memengaruhi gaya lukisan Masmundari. Semuanya tentang orang-orang di sekitarnya. Orang-orang sederhana. Dengan kehidupan yang bersahaja pula.

Itulah yang menjadi inspirasi Masmundari yang menekuni damar kurung sejak usia 40 tahun hingga akhir hayatnya pada 24 Desember 2005. Dalam usia 101 tahun.

NYONYA TERBANG, salah satu karya Masmundari.

Semangat berkarya itulah yang diabadikan lewat Museum Virtual Masmundari. Itulah museum pertama di Gresik yang menjadi media promosi di jagat digital. Utamanya untuk menarik minat masyarakat tentang karya damar kurung Masmundari.

Museum itu diluncurkan di Aula Putri Mijil, Pendopo Kabupaten Gresik. Museum tersebut didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Di situlah karya-karya Masmundari didokumentasikan, diarsipkan, dan disajikan.

Pada ruang-ruang digital tersebut, pengunjung bisa menjelajahi karya dan catatan yang mengantarkan mereka ke masa lalu. Tentang Masmundari. Tentang nilai-nilai penting di dalamnya.

Masmundari bisa melukis di mana saja. Di kamar, ruang tamu, atau pelataran rumah. Dia menggunakan papan dakon (congklak) yang tidak terpakai sebagai palet cat. Masmundari juga menggunakan spidol, kuas lukis, hingga lidi bambu untuk menggoreskan cat.

Sebagai ikon kebudayaan Kabupaten Gresik, damar kurung karya Masmundari direspons berbagai pihak. ’’Gresik tidak hanya bandeng. Gresik tidak hanya Wali Songo. Tapi, di Gresik ada Masmundari,’’ kata Aribowo, dosen Universitas Airlangga, Surabaya, yang menjadi narasumber dalam peluncuran museum tersebut. (Virlita Yosi Prananda)

SEMBAHYANG DI KLENTENG, salah satu karya Masmundari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: