Omicron Masuk Indonesia, Perketat Perbatasan
SEORANG petugas kebersihan Wisma Atlet di Jakarta terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron. Orang berinisial N itu tertular pasien lain di Wisma Atlet. Hal itu diumumkan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, kemarin (16/12).
Langkah antisipatif pun dilakukan. Pemerintah memberlakukan lockdown pada semua tower di Wisma Atlet. ”Berlaku dalam tujuh hari ke depan,” kata Kepala BNPB Letjen Suharyanto.
Saat ini, Kementerian Kesehatan juga sedang menunggu hasil whole genome sequencing (WGS) dari lima orang kasus suspek lainnya. Dua orang merupakan WNI asal Tiongkok dan tiga lainnya orang Indonesia. Mereka semua adalah pelaku perjalanan Internasional. Sedang menjalani masa karantina.
Kemungkinan terpapar varian yang sama. Bukan karena nilai CT rendah. Tetapi, hasil tes usap PCR Spike Gene Target Failure (SGTF) menunjukkan ada protein spike yang lepas. ”Sekitar 4-5 hari lagi hasilnya keluar,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Wiweko.
Sementara itu, terdapat sekitar 119 kasus positif di Wisma Atlet. Mereka bakal dites usap ulang dengan reagen PCR STGF. PCR tersebut bisa memberi indikasi dini. Apabila hasilnya positif kemungkinan besar terpapar Omicron.
“Hasilnya bisa keluar 4-6 jam. Saat ini kami masih tunggu hasilnya,” jelas Nadia. Sampel dari yang terkonfirmasi positif itu akan dikirim ke Balitbangkes. Yakni untuk dilakukan WGS. Agar kasus Omicron bisa diketahui lebih cepat.
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo menyatakan bahwa Omicron memang punya daya tular lebih cepat ketimbang varian lain. Varian itu kali pertama terdeteksi pada 9 November lalu. Tepatnya dari seorang pasien dari Botswana, Afrika Selatan. Kini telah tersebar ke 90 negara.
“Ya, tadi rapat sama Pak Menkes. Sekarang sudah masuk Indonesia. Bagaimanapun gak mungkin kita lolos,” katanya. Ia memastikan bahwa telah terjadi transmisi lokal. Karena pasien itu ditulari oleh yang lain. Meski belum teridentifikasi.
Pemerintah harus melakukan upaya agar persebarannya tidak meluas. Pencegahannya hanya bisa melalui upaya 3T. Terutama kepada orang-orang yang berinteraksi dengan pasien. Minimal 14 hari sebelum pasien dinyatakan positif.
MENKES Budi Gunadi Sadikin mengumumkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Yakni tepat sejak 24 November. Itu dihitung dari kali pertama pasien dinyatakan positif pada 8 Desember. Artinya, semua yang menjalani isolasi maupun karantina sejak 24 November harus didatangi lagi. Dilakukan tes ulang lagi.
Sebab, bisa jadi mereka yang sudah pulang itu sumbernya. Dikhawatirkan menulari orang-orang lain di sekitarnya. Karena mereka membawa virus dalam masa on site.
Wisma Atlet harus melaporkan semua orang yang menjalani karantina dan isolasi per 24 November. Data itu harus segera dikirim ke Satgas setiap wilayah. Sehingga upaya 3T bisa disegerakan. “Dari situ kita tahu berapa orang di Jawa Timur yang berpotensi tertular Omicron,” jelasnya.
Windhu meminta masyarakat tidak perlu panik. Cara penularan Omicron tidak jauh beda dengan varian yang lama. Tingkat bahayanya pun relatif rendah. Terdapat 1 kasus kematian dari 21.194 kasus positif Omicron. “Tidak perlu khawatir. Tapi, jangan meremehkan. Yang penting disiplin prokes,”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: