Disway Business Forum Ekonomi Outlook 2022 (2): Benahi ICOR Agar Investasi
Dengan kondisi sekarang, pertumbuhan Indonesia tahun depan tidak mungkin lebih dari 10 persen. Angkanya tidak jauh dari capaian sebelumnya. ”Kalau ICOR masih 6, kita hanya tumbuh 4 persen pada 2021,” kata Dahlan.
Ada juga faktor lain yang menghambat perekonomian. Yakni kesalahan investasi. Dahlan melihat itu pada salah satu pembangunan pelabuhan. Yang setelah lima tahun dibangun tidak terpakai. Investasi yang sudah digerojok tidak menghasilkan sama sekali. Ada juga pabrik pengolahan rumput laut yang punya cerita sama.
Jika tidak ada perbaikan ICOR, nilai investasi yang dibutuhkan bakal membengkak. Dahlan menghitung dengan ICOR 6, Indonesia butuh investasi hingga Rp 20 ribu triliun agar sesuai dengan prediksi WCA. Jika ICOR bisa dipangkas jadi 4,5 maka investasinya turun separo. Jari Rp 10 ribu triliun saja.
Kalau itu sukses, maka pendapatan per kapita Indonesia bakal meroket. Yang awalnya USD 4.200 (Rp 60,3 juta) menjadi Rp 474 juta per kapita per tahun.
Apakah itu mungkin terjadi? Dahlan mengatakan, kita tentu akan senang jika prediksi itu benar. “Tapi kita harus realistis,” jelas mantan Dirut PLN tersebut.
Dahlan juga menampilkan materi tentang arah baru Republik Rakyat Tiongkok (RRT): 99 persen melawan 1 persen. Menurut kebijakan itu sebanyak 99 rakyat adalah orang biasa dengan keinginan biasa. Sementara 1 persen sisanya adalah rakyat genius dengan keinginan tidak biasa.
Di mana posisi pemerintah Tiongkok? Presiden Xi Jinping memutuskan memihak ke 99 persen rakyat. Yang 1 persen tetap diberi tempat, tapi tidak boleh memengaruhi yang 99 persen itu.
Artis dilarang tampil dengan barang branded mewah di media. Dengan begitu rakyat biasa tidak akan berlaku tamak. Mereka tidak perlu belanja kebutuhan yang sebenarnya tidak diperlukan. Mereka diarahkan untuk lebih banyak belanja produktif. ”Jangan dirangsang. Jangan diprovokasi menjadi yang 1 persen itu,” jelasnya.
Peran orang tua dalam pendidikan anak diperkuat. Termasuk dalam pengawasan bermain games. Dengan begitu, nilai Ke-Tiongkok-an tidak akan luntur tergerus dunia barat. Dan dari semua itu Tiongkok mengejar cita-cita besar mereka: harmoni. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: