Bule-Bule kunjungi Makam di Surabaya

Bule-Bule kunjungi Makam di Surabaya

CUKUP jarang ditemui bule yang melancong di Kota Pahlawan. Berbeda dengan, misalnya, Bali dan Yogyakarta. Banyak orang asing yang tinggal lama di dua provinsi itu.

“Karena di Surabaya tidak ada yang menarik,” kata seorang Indonesianis, Emile Leushuis saat mengunjungi kompleks Makam Sunan Ampel dan Botoputih bersama Forum Begandring Soerabaia, siang kemarin (18/12).

Pria asal Belanda itu telah lalu-lalang ke Indonesia sejak 1995-an. Kini bermukim di Prawirotaman, Yogyakarta. Ia pun telah menerbitkan sebuah buku pada 2011. Judulnya: Gids historische stadswandelingen Indonesië. Yang berarti: Panduan Jalan-Jalan Ke Kota Bersejarah di Indonesia.

Ada 9 kota yang dicantumkan dalam sub judul buku berbahasa Belanda itu. Yakni, Medan, Jakarta, Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Surabaya. Tentu pemilihannya melalui riset dan bantuan para pegiat sejarah di masing-masing kota.

Turis asing hanya tertarik berwisata ke dua hal: pesona alam dan jejak-jejak sejarah seputar arsitektur. Dari situlah, ia menempatkan tiga kota di Indonesia yang paling punya daya tarik. Dan tentu saja Bali di urutan pertama. Sebab, dua daya tarik itu sangat lengkap tersaji di Pulau Dewata. Urutan selanjutnya adalah Yogyakarta dan Surakarta. Yang menjadi unggulan adalah keraton. Lengkap dengan wacana-wacana sejarahnya yang sangat menarik.

“Di tiga tempat itu banyak bangunan kuno yang indah,” ungkap Emile. Sedangkan, dua daya tarik itu sangat sulit ditemukan di Surabaya. Itulah kenapa Surabaya tidak masuk destinasi utama bagi para turis.

Dengan dasar itu, Emile pun melakukan riset wisata sejarah di Surabaya. Ia ditemani beberapa orang dari Forum Begandring Soerabaia. Menjelajah kompleks pemakaman Peneleh, Sunan Ampel, dan Botoputih.

“Kalau pandemi selesai, Pak Emile akan membawa tamu-tamunya kesini,” ungkap Ketua Pokdarwis Ampel M. Khotib Ismail. Menurutnya, kompleks pemakaman punya potensi sebagai destinasi wisata sejarah bagi turis asing. Khususnya orang-orang Belanda.

Ada beberapa alasan. Pertama, banyak makam-makam orang Belanda terkait sejarah panjang negeri itu di Indonesia. Itu bisa daya tarik untuk mengenal sejarah nenek moyang mereka. Terutama di kompleks pemakaman Botoputih.

Di sana terdapat makam Bupati Surabaya ke-4 R. Adipati Ario Tjokronegoro. Terdapat porselen khas Belanda pada bangunan makamnya. Kedua, tradisi ziarah orang-orang Indonesia ke makam Sunan Ampel. “Orang sebegitu banyaknya ziarah ke satu tempat. Mungkin itu bisa menjadi hal yang unik dan daya tarik tersendiri,” jelas Khotib. (Mohamad Nur Khotib)

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: