Spesial Hari Ibu: Dina Susanti, 20 Tahun Menjadi Penjaga Sekolah Ciputra
Penjaga sekolah biasanya laki-laki. Namun di Sekolah Ciputra, Surabaya, salah seorang penjaga sekolahnya ada perempuan. Dina Susanti sudah 20 tahun bekerja sebagai school attendant di lembaga pendidikan yang berada di CitraLand itu.
Dina Susanti berjalan mengelilingi Sekolah Ciputra kemarin. Kegiatan itu sudah biasa dikerjakannyi sejak 20 tahun lalu. Namun pada saat itu dia masih memiliki teman perempuan satu profesi sebagai school attendant. Atau biasa disebut penjaga sekolah.
”Tapi sejak 13 tahun lalu teman saya resign. Sampai sekarang yang direkrut biasanya cowok,” ujar perempuan 44 tahun itu.
Dina tidak pernah malu bekerja sebagai school attendant. Meskipun dia memiliki ijazah diploma-1 perhotelan. Sebenarnya dia pernah bekerja di hotel. Bahkan sempat bekerja di Jakarta. Sekitar tahun 90-an. Saat dia baru lulus dari SMA. Namun karena urusan keluarga, dia memutuskan kembali ke Surabaya. Kota tempatnyi dibesarkan.
Menurutnyi bekerja sebagai school attendant hampir sama dengan perhotelan. Dia harus pintar berinteraksi dengan banyak orang. Serta harus mampu memberikan service terbaik untuk para siswa. Maupun wali murid.
Kini Dina sudah memiliki suami. Tinggal di Gresik. Serta memiliki dua orang anak kembar. Keduanya berusia 13 tahun.
Menurut Dina, menjadi wanita karir itu sebuah pilihan. Dia ingat saat anaknyi masih kecil. Saat itu Dina harus mengurus kedua orang anaknyi. Serta setiap pukul 6 pagi harus sudah sampai Sekolah Ciputra. ”Memang saat itu saya kewalahan. Tapi karena masih muda ya, jadi tenaganya masih banyak,” ujarnyi.
Dina sempat terpikir untuk mencari pekerjaan lain. Maklum pekerjaan yang dilakoninyi itu biasanya dilakukan oleh kaum Adam. Jarang sekali perempuan yang mau. Namun pikiran itu harus disingkirkan. Sebab banyak pertimbangan jika dia harus resign dengan pekerjaannyi sekarang. Apalagi dia juga sudah sangat nyaman dengan pekerjaan itu. Jika ingin mencari pekerjaan baru, otomatis dia harus bisa menyesuaikan diri lagi.
Toh sekarang profesi yang dijalaninyi sudah banyak dikerjakan oleh kaum hawa. ”Kalau dulu memang sedikit ya cewek yang mau. Kalau sekarang kan sudah setara antara laki-laki dan perempuan,” lanjut perempuan kelahiran Kediri itu.
Lalu apa yang dilakukan Dina ketika hari ibu? Keluarga Dina memiliki tradisi unik. Sudah berjalan sejak ibunyi masih hidup. Yakni ibu dilarang melakukan pekerjaan rumah tangga. Biasanya yang melakukan adalah bapaknyi Dina serta anak-anaknya.
Tradisi itu rupanya menjadi warisan keluarga Dina. Biasanya Dina bakal diajak makan-makan keluar bersama suami dan anaknyi. Serta dilarang mengerjakan pekerjaan rumah. ”Anak-anak sama suami yang mengerjakan,” kata perempuan yang bercita-cita menjadi tentara itu.
Menurut Dina, Hari Ibu merupakan momen spesial. Itu merupakan momen memperingati jasa seorang ibu. Yang mampu merawat rumah tangga. Bahkan bisa berkarir. Baginyi menjadi seorang ibu dan perempuan tidak mudah. Stigma masyarakat yang menganggap perempuan lemah masih banyak terjadi.
Padahal perempuan bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki. Sedangkan kaum Adam belum tentu bisa mengerjakan pekerjaan yang dilakoni perempuan. Dia berpesan agar perempuan di Indonesia harus berani speak up. Jangan mau dianggap lemah. Tapi bukan berarti melawan kodratnya sebagai perempuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: