Pesona Libra dan Geisha
Inovasi diwujudkan oleh dua siswa dari Rever Academy Surabaya dalam ujian kelulusan. Bertema Lady Justice dan The Art of Japanese Beauty Through the Ages.
Ujian kelulusan yang digelar Rever Academy itu berlangsung untuk Natasya Evelyn Prayugo dan Elizabeth Lydia Cherine Chin. ”Jika keduanya lulus dalam tahap ini, maka mereka resmi menjadi seorang hairdresser atau ahli penata rambut,” Meice Indah Susanti, educator Rever Academy.
Natasha dan Cheline telah satu tahun intens belajar sebagai hairdresser di Rever Academy. Tepatnya sejak November 2020. Untuk ujian, ada empat orang model dengan tata rias yang berbeda. Salah satu model yang ditangani Cherine memiliki gaya rambut pendek dengan paduan warna yang sangat rumit.
Elizabeth Lydia Cherine Chin mewujudkan interpretasinya terhadap sosok mitologis yang telah memberinya inspirasi berkarya. (Rizal Hanafi/Harian Disway)
Sekitar sepuluh warna yang terbagi dan bercampur dalam rambut sang model. Tampak luar paduan itu sudah terlihat membagi menjadi dua. Sisi kiri adalah warna dingin berupa percampuran antara biru dengan hijau, sisi kanan warna hangat, paduan orange dan pink. Jika disibak sedikit akan tampak warna-warni cerah lainnya di tiap bagian rambut.
Tiap siswi ditemani oleh dua-tiga orang make-up artist. Cherine mengusung tema Lady Justice yang terinspirasi dari astrologi Libra. Teknik penataan rambut yang digunakannya adalah overlapping, blending dan gradasi.
Sepuluh warna dalam rambut model yang diperankan oleh Marsha Ika Aidhyastuti itu terwujud berkat teknik blending color yang rumit. ”Dipotong dulu, kemudian di-bleaching, lalu diproses dengan pewarnaan. Proses tersebut memakan waktu seminggu,” ujar model 16 tahun itu. “Pembagian overlapping-nya susah. Salah sedikit saja harus mengulang lagi,” sahut Cherine.
Untuk menguatkan kesan Libra dengan unsur modern, bagian bawah mata model tersebut dihias dengan hiasan bodypainting berwarna biru, menyerupai galaksi. Cherine mengambil tema Lady Justice karena ingin mengeksplorasi zodiaknya sendiri. "Saya lebih suka mengangkat tema dari diri saya, sekaligus sebagai upaya memahami diri,” ujar siswi asal Papua tersebut.
Dari sisi mitologi Yunani, Libra dipercaya sebagai penjelmaan Dewi Themis, dewi keadilan yang selalu membawa timbangan. Cherine mewujudkan interpretasinya terhadap sosok mitologis tersebut dalam salah satu model lainnya. Rambutnya telah ditata sedemikian rupa, menjuntai, juga telah siap hiasan berupa timbangan dan sebilah pedang.
Uniknya, Cherine menyiapkan hiasan mahkota berukuran besar, berbentuk palang yang berada di tengah lingkaran. Terdapat pula ornamen-ornamen khas Eropa, serta pilin pengait-pengaitnya. Ternyata, karya itu dibuat dari bahan rambut asli.
Lingkaran yang berada di luar motif palang berisi besi kecil sebagai kerangka mahkota. Kemudian rambut yang telah dikeringkan, ditempelkan dalam kerangka tersebut kemudian diwarnai. Begitu pula motif pilin-pilin pengaitnya. Berasal dari rambut asli yang dipilin, atau dikelabang. Proses pengerjaan mahkota tersebut memakan waktu satu bulan.
Dengan gaun panjang berwarna putih, sang model Lady Justice tersebut berjalan perlahan menuju ruang foto. Bagian matanya ditutup kain tipis berlubang kecil, berwarna hitam. "Maknanya, Cherine menggambarkan bahwa keadilan harus diberikan secara objektif tanpa pandang bulu. Blind justiceand blind egality,” ungkap Marina Adia Indra, artistic director Rever Academy.
Karya Natasya Evelyn Prayugo dengan tema The Art of Japanese Beauty Through the Ages dengan sentuhan geisha. (Rizal Hanafi/Harian Disway)
Berbeda dengan Cherine yang mengangkat tema Libra, Natasya mengetengahkan tema The Art of Japanese Beauty Through the Ages. Dua modelnya didandani ala Geisha Jepang dan Harajuku. Geisha merupakan salah satu ikon budaya Jepang. Menggambarkan perempuan yang memiliki keahlian di bidang seni. “Para geisha sebenarnya adalah seorang entertainer. Identik dengan tatanan rambut dan riasan wajah yang mencolok,” ungkap Natasya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: