Menggugah Pesan Lebih Merah Putih

Menggugah Pesan Lebih Merah Putih

Satu jam tak cukup buat Perlima untuk berdiskusi dengan Rahabi Mandra dan Tesadesrada Ryza. Usai nobar (nonton bareng), dua orang di balik Kadet 1947 itu berbagi behind the scene film tersebut.

Banyak cerita yang didapat anggota Perempuan Penulis Padma atau Perlima dari Rahabi atau Abi, sutradara dan penulis skenario film Kadet 1947. Begitu juga dari eksekutif produser yang biasa dipanggil Ryza yang hadir dalam nobar.

Keduanya tampak gayeng berdiskusi soal film sambil makan bersama peserta nobar. Usai mereka puas menyaksikan film di Cinema XXI Tunjungan Plaza I lantai 5 Surabaya yang diputar sejak pukul 16.30, pada 17 Desember lalu.

Bahasan tentang film itu diikuti dengan antusias. Sama dengan antusiasme saat menonton. Sebelum sempat diberondong pertanyaan peserta nobar, Abi sempat berkisah. Tentang ketertarikanya mengangkat tema kadet menjadi film yang menginspirasi.

Foto bersama peserta nonton bareng film ”Kadet 1947” bersama tim Temata Studios di Cinema XXI Tunjungan Plaza I lantai 5 Surabaya, 17 Desember lalu. (Yoni Astuti untuk Harian Disway)

Kadet 1947 berkisah tentang tujuh orang kadet atau calon penerbang yang menuntut ilmu di Akademi Penerbangan Maguwo. Mereka gelisah ingin turut membela Indonesia dari Agresi Militer Belanda pada kurun waktu 1947-1948.

Satu sisi cerita kepahlawanan yang jarang diangkat oleh sineas perfilman di Indonesia. Bahkan, tak banyak yang tahu tentang hal ini. Abi lantas mengambil satu sisi yang jarang diperhatikan orang. Tetapi masih memiliki kisah yang memikat.

Bersama Aldo Swastia sebagai duo penulis skenario dan sutradara, ia pun melakukan riset serius. Untuk menuliskan kisahnya dengan detail.

Ternyata ada banyak pihak yang harus dikompromikan. Tidaklah mudah untuk menambahkan drama dalam film.

”Kami harus meminta izin dari keluarga tokoh yang difilmkan. Setiap detailnya juga harus mendapat persetujuan dari Angkatan Udara Republik Indonesia,” terangnya.

Ryza tak kalah berkisah. Kata pendiri Temata Studios itu, produksi sempat terhenti cukup lama karena pandemi. Pada 15 Maret 2020, produksi dimulai bersamaan dengan pengumuman Presiden Jokowi tentang korban Covid-19.

Tepat pada hari ketiga produksi, mereka harus menunda proses syuting. ”Akibatnya, sebagian properti seperti hanggar, pesawat, dan desa yang disiapkan sempat tak terurus,” bebernya.

Suasana gayeng para peserta nonton bareng ”Kadet 1947” yang aksi bersama seusai sesi diskusi sambil beramah tamah. (Yoni Astuti untuk Harian Disway)

Syuting baru dimulai kembali pada September 2020. Banyak hal yang harus disesuaikan ketika proses berjalan. Skenario yang berhubungan dengan waktu syuting yang terbatas, kebutuhan syuting yang pasti mulai berkurang, dan amunisi yang tidak seperti sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: