Setelah Kartolo Numpak Terang Bulan, M Ainun Ridho Pulang Kampung Bikin Film tentang Suroboyo yang Pluralis
”Padahal dulu waktu remaja, ketika minum-minum bisa akrab satu sama lain. Kenapa semakin menghayati agama, hubungan persahabatan mereka terputus?,” ujar sang sutradara.
Meski isu tersebut sensitif, Ridho berani mengangkatnya karena persoalan tersebut begitu mengemuka di Indonesia. Menjadi realita di lapangan.
Pemahaman agama yang salah, masuknya sekte-sekte pemurnian agama, interpretasi terhadap ayat suci yang apa adanya, tanpa bertanya pada seorang guru yang kompeten membuat gejala radikalisme meningkat, yang justru mengancam persatuan dan kesatuan.
Seperti ciri khas film garapan Ridho, AoD tetap berkarakter Suroboyoan yang kental. Proses pengambilan gambar, setting dan plot benar-benar disesuaikan dengan latar kaum pinggiran Kota Surabaya, dan dalam dialog dan bahasa. ”Benar-benar mengolah kultur Surabaya,” ujarnya.
Dengan surprising twist pada ending kisahnya, AoD bercerita tentang pencarian seorang anak terhadap sosok ibu kandungnya. Si pelacur tua begitu sayang pada sang anak karena dulu ia adalah sahabat ibunya.
Maka suasana yang dibangun dalam film ini didominasi nuansa hening. Mengingat tokoh utamanya bisu-tuli. ”Jadi dialog dalam film hanya sekitar 30 persen begitulah. Ini tantangan,” ungkap Sol.
Digarap dengan lebih banyak mengajak sumber daya lokal, Ridho tak hanya melibatkan para pelajar Jurusan Produksi Film SMK Dr Soetomo Surabaya. Syuting melibatkan asosiasi filmmaker Surabaya, Surabaya Film Associate (SURFace).
Total ada 29 siswa, 21 kru film dan 22 aktor yang diajaknya.
Yang membuat Ridho senang, kali ini ia tak perlu treatment berat untuk mengembangkan karakter aktor. Dalam memilih aktor, ia hanya mengandalkan intuisi. ”Apalagi saya yakin aktor-aktor yang terlibat sudah pilihan,” ujarnya.
Merry yang diperankan BG Fabiola Natasha. DIa merasa beruntung bisa mencoba berakting lagi sekaligus bisa memahami teknik-teknik dalam dunia sinematografi dalam ”Anthology of Darkness”. (David Akbar Maulana untuk Harian Disway)
Di antara sejumlah aktor itu ada BG Fabiola Natasha yang baru pertama kali bermain film layar lebar. Tetapi untuk pengalaman berakting, Fabiola sejatinya sudah terbiasa berteater sejak kecil.
Lewat casting, Fabiola diajak Sol untuk menjadi Merry, istri Ahong yang seorang bandar narkoba. Merry digambarkan sebagai perempuan Tionghoa yang cerewet dan suka pamer kekayaan. Selain menggunakan narkoba. Merry berselingkuh dengan tetangganya seorang pria Madura bernama Heru.
Nah bersama Heru inilah ada adegan menantang Fabiola karena harus tripping dan bercinta.”Awalnya saya rada mikir nih. Tapi saya pikir ini pengalaman menarik dan belum tentu datang kedua kali. Apalagi director-nya adalah M Ainun Ridho,” katanya.
Apalagi ada beberapa rekan pemain cukup expert. Seperti Heru yang diperankan Afrian Aris Andy, pemain dalam film Perempuan Tanah Jahanam dan Arief Wibhisono yang dulu main di film arahan Ridho, Jack.
Suasana syuting yang mengambil lokasi di kampung pinggir rel Ngagel. Menurut M Ainun Ridho, outframe dari beberapa tempat di Surabaya yang digunakan syuting sengaja dibuatnya seakan berdekatan. (David Akbar Maulana untuk Harian Disway)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: