Rindu Gelatik dan Pancawarna
Tema yang diangkat bebas. ”Pokoknya dilarang menampilkan lukisan berukuran besar. Yang pasti semua seniman adalah eks rekan seprofesi. Mereka merupakan pelukis poster film yang pernah berkiprah pada era 1970-an,” ungkapnya.
Hasil tangan mereka meramaikan reklame di bioskop-bioskop tanah air. ”Dulu teman-teman biasa bikin karya berukuran besar. Kini, mereka diberi tantangan memamerkan lukisan berukuran kecil,” beber Andre.
Tiga dari enam burung yang dilukis Andreanus Gunawan. Ketiganya dulu biasa terlihat di sawah dan pedesaan. Tapi kini banyak yang punah. (Andreanus Gunawan untuk Harian Disway)
Maka Mindah sekaligus menjadi ajang reuni dan silaturahmi para pelukis senior. Konsistensi yang ditunjukkan mereka diharapkan dapat memancing seniman lain untuk tetap berkarya.
Maklum masa pandemi itu ibarat musibah besar bagi para seniman. Mereka tidak bisa bikin pameran. Jadi bagaimana mau mempresentasikan karya?
”Sempat ada yang bikin secara virtual. Tapi tetap saja, sensasi terbaik menikmati karya seni adalah dengan datang langsung. Apalagi saya dan teman-teman ini pelukis,” imbuh pria 66 tahun itu.
Buat Andre, inilah pamerannya yang ketiga di tempat nongkrong di bilangan Taman Bungkul tersebut. Sebelumnya dimulai pada 19 September 2021 dalam 160 sketsa pensil bertajuk Corat-coret Hitam-Putih.
Berikutnya pada November untuk pameran kolektif Soerabaia Heroik Tempo Doeloe bersama 19 seniman lintas generasi.
Pameran di The Progo 10 Tavern & Music sekaligus bentuk upaya mengundang lebih banyak apreiasi, terutama dari masyarakat Surabaya. Dalam pandangan Andre, perhatian terhadap dunia seni di Surabaya harus terus didorong sang seniman dengan cara tak berhenti berkarya.
Sebab apresiasi seni khususnya seni rupa di Surabaya belumlah mapan benar. Keadaan itu menurutnya sudah terjadi sejak lama. Bahkan ia menyadarinya sejak masih aktif melukis poster film.
Kalau tak diupayakan terus maka bisa jadi akan melemah. Bahkan makin berkurang. Andre ingat ketika ia pernah membikin pameran yang melibatkan pembuat karakter Gundala di sebuah bioskop.
Harapannya mereka bisa mampir melihat karya yang dipajang. Entah saat menunggu jam tayang atau setelah bubaran film. ”Tapi banyak yang acuh. Melirik saja tidak,” ceritanya.
Namun, hal itu ditanggapinya secara positif. Itu artinya, para seniman harus punya lebih banyak cara agar dapat menarik perhatian masyarakat. Salah satunya adalah dengan terus aktif berkarya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: