Bercerita Lewat Kuda Nil dan Jerapah

Bercerita Lewat Kuda Nil dan Jerapah

DALAM bencana erupsi Semeru, seniman Forum Pamong Kebudayaan (FPK) Jawa Timur fokus pada kondisi anak-anak. Mereka yang berada di lereng gunung itulah yang paling terdampak.

Di setiap bencana yang melanda, ada anak-anak yang mengalami trauma. Mereka ini butuh kenyamanan, pelukan hangat, dan keceriaan. Pendapat ini dibuktikan oleh Martina Ari Saraswati, salah satu tim FPK Jatim.

”Ketika kami masuk ke lokasi pengungsian, anak-anak datang dan langsung memeluk. Ada yang minta dipangku. Itu yang membuat kami haru,” ujar Martina. Bersama Puput Surya Dewi dan beberapa anggota FPK Jatim yang lain, dia datang ke Pos Pengungsian SMPN 1 Candipuro, pada 22 Desember.

Di sana, keduanya menampilkan pementasan teater boneka. Mengajak anak-anak berkomunikasi lewat boneka kuda nil dan jerapah. ”Melihat hal sederhana begitu saja, anak-anak senang. Trauma terhadap bencana Semeru mereda. Kami melihat senyum bahagia mereka,” ujar Martina.

Di sela pertunjukan teater boneka, Martina dan Puput menyilakan penari bujang ganong cilik. Namanya Krisna, siswa TK di Prigen yang masih berusia 5 tahun. Penampilan Krisna yang atraktif menarik perhatian anak-anak.

Martina Ari Saraswati dan Puput Surya Dewi mengapit Krisna yang menari bujang ganong. Aksi ketiganya mampu menghibur anak-anak korban erupsi Semeru di Lumajang. FPK Jatim untuk Harian Disway)

Setelah bujan ganong, ada pertunjukan badut dan sulap. Mereka diajak melupakan dentum letusan Semeru sekaligus melupakan detik-detik saat keluarga anak-anak itu berlari mencari tempat yang aman.

Untuk menghibur anak-anak korban erupsi Semeru, FPK Jatim memang membawa bantuan yang berbeda. Mereka mengajak pesulap, badut, ganongan cilik dan teater boneka.

”Selain memberikan hiburan, para seniman membagikan ratusan bingkisan makanan, boneka dan mainan untuk anak-anak,” terang Ki Bagong Sabdo Sinukarto, koordinator para seniman dan tim trauma healing FPK Jatim.

Sedianya, pertunjukan seni dan trauma healing yang digelar tim FPK Jatim menyasar pos pengungsian yang paling terdampak. Posisinya di lereng Semeru agak ke atas yang memang paling terdampak.

”Tapi di sana banyak juga pihak yang memberi trauma healing. Jadi kami menyasar dua tempat lain yang belum tergarap,” ujar Martina.

Di pos pengungsian SMPN 1 Candipuro, tim FPK membagikan seratus lebih bingkisan untuk anak-anak pengungsi. Diberikan setelah mereka bermain dan bernyanyi bersama badut. Selain makanan, ada mainan anak-anak, dan pampers.

Sebelum melakukan kegiatan tersebut, Bagong sudah berkoordinasi dengan Muspika Kecamatan Candipura. ”Kepada Sekcam Candipuro Hartono yang menerima, kami jelaskan bahwa pertunjukan yang digelar FPK Jatim adalah khusus untuk menghibur anak-anak,” ujar budayawan 60 tahun itu.

Setelah menyelenggarakan kegiatan di pos pengungsian SMPN 1 Candipuro, rombongan dari FPK bergeser ke arah pos pengungsian yang memanfaatkan bangunan SMP Satu Atap (SATAP) di Desa Jarit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: